”Sekolah harus mengutamakan kejujuran,” kata Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2012 yang juga Rektor Institut Teknologi Bandung Akhmaloka, Selasa (11/9). Ia mengatakan hal itu sehubungan dengan perubahan pola penerimaan calon mahasiswa baru di PTN.
Untuk mengantisipasi rapor berisi nilai yang dikatrol, para rektor tengah mendiskusikan mekanisme pengawasan baru. Usulan yang mengemuka untuk sementara adalah perlunya data perkembangan nilai rapor setiap semester dari siswa yang akan mengikuti jalur undangan.
Mekanisme yang ketat untuk mengantisipasi nilai rapor yang dikatrol itu dinilai penting. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor Yonny Koesmaryono, hal ini disebabkan sistem penilaian di SMA tidak representatif dan belum dapat dipercaya PTN. Pasalnya, masih ada sekolah yang mengatrol nilai siswa.
Pada tahun 2011 terdapat sekitar 10 sekolah yang ketahuan melakukan manipulasi nilai siswa. Karena tidak memiliki kewenangan untuk menindak kepala sekolahnya, panitia SNMPTN hanya memblokir akses pendaftaran jalur undangan di situs internet.
Firman Syah Noor, Wakil Kepala SMAN 3 Bandung, mengatakan, sekolah bermutu tidak akan berani mengatrol nilai karena akan merusak reputasinya.
Armedi, Kepala SMKN 54 Jakarta, menyatakan, siswa SMK lebih banyak yang memilih bekerja daripada kuliah. Meski demikian, adanya peluang masuk PTN lewat jalur undangan akan sangat meringankan beban orangtua dan siswa. ”Banyak siswa SMK tidak melanjutkan ke PTN karena masalah biaya,” ujarnya.
Dalam penerimaan mahasiswa baru PTN 2013, untuk sementara ini para rektor sepakat 60 persen mahasiswa baru dari SNMPTN (tulis dan undangan) dan 40 persen dari jalur mandiri.
Dari 60 persen jalur SNMPTN itu, 50 persen mahasiswa diterima melalui jalur undangan dan 10 persen khusus bagi siswa SMA/SMK lulusan tahun 2011-2012. Adapun sisanya, 40 persen, akan dialokasikan untuk mahasiswa dari ujian masuk bersama PTN. ”Ini masih dibahas. Kira-kira minggu depan sudah ada keputusannya,” kata Akhmaloka.