Tahun ini anggota barunya mencapai 76 siswa. Sedangkan tahun sebelumnya, jumlah anggota baru Mesis8 sebanyak 89 orang. Mereka terbagi dalam lima divisi, yaitu divisi cyber, komik, majalah, film, dan fotografi.
Divisi majalah tugasnya membuat majalah Takitri yang terbit empat bulan sekali. Divisi komik membuat komik yang akan dipajang di mading. Divisi cyber mengelola website www.gemerlapan.net.
Adapun divisi film tugasnya membuat film tahunan sekolah. Divisi mading membuat mading sebulan sekali, dan divisi fotografi mengabadikan beragam kegiatan sekolah, baik untuk buku tahunan, mading, dan majalah sekolah.
Banyaknya anggota Mesis8 sebanding dengan banyaknya produk yang mereka buat. Kelompok siswa dan siswi kelas X-XII ini rutin membuat majalah, buku tahunan sekolah, mading, dan mengelola website.
”Untuk operasional seluruh kegiatan kami, setiap anggota membayar Rp 30.000 per bulan. Selain itu, kami juga mencari sponsor dan menjual majalah Takitri,” ujar Nadila, anggota klub jurnalistik Mesis8.
Marsya, siswa kelas XII yang menjadi anggota Mesis8, mengaku tetap senang membuat mading dan majalah karena bentuk fisik karya mereka tetap harus ada.
”Bagi saya, mading dan majalah ini tetap merupakan bukti nyata karya kami. Bentuk fisik tetap tak tergantikan oleh e-book atau website,” ujar Marsya.
Butuh bimbingan
Priyadi, guru Pembina Mesis8 mengatakan, kegiatan jurnalistik dengan produk beragam menjadi ajang penyaluran kreativitas dan keilmuan siswa.
”Kasihan kalau ilmu dan kreativitas mereka tidak disalurkan. Mereka pasti akan terbebani oleh banyaknya ilmu dan materi dari hari ke hari,” ujar Priyadi.
Menciptakan karya seni seperti majalah, mading, dan produk jurnalistik lain, menurut Priyadi, membantu membuka sudut pandang pengetahuan siswa.
”Di sini mereka bisa belajar skill yang tidak dipelajari dalam pengajaran rutin seperti kerja kelompok, kebersamaan, dan kreativitas mengolah bahan menjadi produk menawan yang layak disuguhkan kepada orang lain,” kata Priyadi.
Bimbingan juga diberikan guru Bahasa Indonesia SMA Kanisius, Ignasius Arwanto, kepada Redaksi Canipress. Hanya saja, bimbingan untuk Canipress berhenti sejak tahun 2008 karena kesibukan sang guru.
”Biasanya mereka memang benar-benar berminat dalam bidang jurnalistik, jadi bukan karena diajak siswa lain. Mereka, kan, sudah mendapat pelajaran jurnalistik sejak SMP. Tetapi, sesekali juga gampang-gampang susah mengajari mereka, apalagi kalau ada yang belum pernah menulis,” ujar Arwanto.
Majalah sekolah merupakan hasil kreativitas MuDAers yang mesti berkembang. Suatu saat nanti, majalah sekolah bisa ”naik daun”, menjadi populer dan selalu dicari orang, terutama MuDAers. (SUSIE BERINDRA/ DAHLIA IRAWATI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.