Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISI Denpasar "Ngayah" di Tiga Desa Adat

Kompas.com - 20/09/2012, 00:58 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com--Institut Seni Indonesia Denpasar melakukan tiga kali "ngayah", dalam hari yang bersamaan, untuk menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang melibatkan tiga desa adat di Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Gianyar.

"Kegiatan yang berlangsung sejak pagi, siang hingga sore itu dilaksanakan pada Selasa (18/9) dengan melibatkan puluhan dosen dan mahasiswa dengan menampilkan sejumlah tarian," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S.MA di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan "ngayah" mulai dilakukan pada pagi hari di desa adat Kusamba, Kabupaten Klungkung, menyusul siang harinya di Desa adat Bakas, Kabupaten Bangli dan sore harinya di di desa adat Ubud, Kabupaten Gianyar.

Kegiatan "ngayah" yang dilakukan secara berkesinambungan  merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian saat masyarakat menggelar kegiatan ritual berskala besar.

"Kegiatan ngayah itu dengan menampilkan  kesenian tradisional Bali sebagai kelengkapan kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat," ujar Prof Rai yang memimpin kegiatan tersebut.

Ia menambahkan, pengabdian masyarakat itu dilakukan secara berkesinambungan untuk memenuhi keinginan dan harapan masyarakat, karena jauh sebelumnya pengurus (prajuru) desa adat sudah mengajukan permohonan agar ISI bisa berperanserta melengkapi kegiatan ritual itu dengan menampilkan kesenian.

Mahasiswa dan dosen ISI dalam kegiatan  itu sering kali tampil berkolaborasi dengan seniman setempat untuk mementaskan kesenian tradisional Bali yang menjadi syarat dalam melengkapi kegiatan ritua.

Prof Rai menjelaskan, pola" ngayah" yang  diterapkan selama ini dalam bidang pengabdian masyarakat menjadi inspirasi bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang  menggagas komunitas "ngayah" sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan tinggi kepada masyarakat.

"Ngayah" merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian. "Ngayah" adalah upaya membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian.

Oleh sebab itu ISI Denpasar melaksanakan kegiatan "ngayah" secara berkesinambungan, mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan tinggi seni, ujar Prof Rai.

ISI Denpasar selama ini menerima permohonan  dari sejumlah tokoh desa adat di Bali agar ikut berperanserta dalam menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang akan digelar masyarakat setempat.

"Enam bulan sebelum kegiatan ritual digelar, mereka sudah memohon agar tim kesenian ISI Denpasar bisa tampil sebagai salah satu persyaratan kelengkapan kegiatan ritual yang digelar itu," ujar Prof Rai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com