Putus Mata Rantai Terorisme Mulai dari Anak

Kompas.com - 24/09/2012, 11:17 WIB
Caroline Damanik

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berulangnya kembali kasus terorisme di Tanah Air dipandang sebagai petaka. Apalagi, pelakunya rata-rata para pemuda harapan masa depan bangsa.

Penelitian demi penelitian di kalangan anak muda dan siswa menggambarkan kelamnya masa depan bangsa ini beberapa tahun ke depan. Sejumlah hasil penelitian yang ada menunjukkan, sebagian dari kaum muda sekarang mulai terjangkiti radikalisme bahkan terorisme (baca juga: Deradikalisasi Kaum Muda).

Mencegah sedini mungkin paparan ideologi terorisme mulai kepada anak-anak dinilai sebagai langkah penting yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai terorisme di Indonesia. Keluarga, terutama ayah dan ibu, memiliki peran signifikan dalam upaya ini.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam Sholeh, menunjukkan contoh dari kasus terorisme di Solo. Farhan, terduga pelaku terorisme yang tewas ditembak oleh aparat, disebutnya berstatus darah biru teroris.

Farhan disebutkan sebagai anak kandung dari Sunarto, pelaku terorisme dari kelompok Hisbah di Solo. Saat ayahnya beraksi, Farhan masih berusia 12 tahun. Setelah itu, dia dibina oleh ayah tirinya, Abu Umar.

Niam mengatakan bahwa hubungan darah ini sudah diketahui oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Oleh karena itu, pemerintah harusnya menggarisbawahi hubungan darah ini sebagai dasar kuat untuk menggerakkan pencegahan doktrinasi ideologi terorisme kepada anak-anak.

"Anak harus dilindungi dari paparan ideologi yang menyimpang, dalam konteks ini adalah doktrinasi kekerasan dan terorisme", tegas doktor bidang hukum ini seperti dikutip dari rilis KPAI.

Berbasis keluarga

Niam kembali menegaskan bahwa upaya memutus mata rantai korupsi ini memang harus dimulai dari keluarga. Negara harus menjadi penggerak upaya deradikalisasi melalui pendekatan persuasif. Keluarga, ayah dan ibu, perlu disadarkan mengenai tanggung jawab penuh mereka terhadap anak.

"Banyak tunas baru teroris itu tumbuh saat usia anak atau remaja belasan tahun. Kita harus memutus mata rantai benih tumbuhnya ideologi kekerasan semacam itu sejak dini," tuturnya.

Ketika ada potensi terjadinya doktrinasi ideologi radikal pada anak, negara harus hadir untuk mencegahnya. Hal ini termasuk upaya perlindungan anak yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

"Keluarga, terutama orangtua, harus lebih giat memantau perkembangan perilaku dan pendidikan anak. Jika menemukan tanda-tanda perilaku radikal, orang tua mesti menarik anaknya dari jaringan ideologi kekerasan dan menanamkan nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Terkini Lainnya

    Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan SMA Taruna Nusantara dan AAU

    Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan SMA Taruna Nusantara dan AAU

    Edu
    BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

    BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

    Edu
    Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

    Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

    Edu
    “Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

    “Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

    Edu
    Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

    Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

    Edu
    Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan 'Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025'

    Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan "Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025"

    Edu
    Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

    Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

    Edu
    Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

    Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

    Edu
    Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

    Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

    Edu
    Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

    Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

    Edu
    Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

    Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

    Edu
    Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

    Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

    Edu
    Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

    Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

    Edu
    Banyak Gen Z Masih Jadi Pengangguran, BCA Beri Beasiswa dan Pelatihan

    Banyak Gen Z Masih Jadi Pengangguran, BCA Beri Beasiswa dan Pelatihan

    Edu
    Mendikdasmen: Mapel AI dan Coding Mulai Siswa SD Kelas 4-6, Bukan Wajib

    Mendikdasmen: Mapel AI dan Coding Mulai Siswa SD Kelas 4-6, Bukan Wajib

    Edu
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau