Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Peristiwa Lain Sebelum Tawuran Senin Kelabu

Kompas.com - 26/09/2012, 13:13 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tawuran antarpelajar yang kerap terjadi di kawasan Mahakam-Bulungan, Jakarta Selatan, biasanya disebabkan rentetan perseteruan siswa pada waktu-waktu sebelumnya. Hal yang sama juga berlaku untuk insiden tawuran antara siswa SMAN 70 dan SMAN 6 yang menewaskan satu siswa SMAN 6, Senin (24/9/2012).

Anggota Komite SMAN 70, Sentot Janinto, mengatakan, sebelum tawuran terjadi pada Senin lalu, pada hari Jumat dua pekan sebelumnya, sejumlah siswa dari kedua sekolah tersebut ternyata sudah terlibat perkelahian di gelanggang Bulungan. Saat itu, beberapa siswa yang mengaku dari SMAN 6 memukul seorang siswa dari SMAN 70 dengan sebuah botol.

"Ini rentetan (perseteruan). Jumat pekan lalu, anak kita dipukul pakai botol dan mendapatkan luka sepuluh jahitan di bawah mata kanannya," kata Sentot saat ditemui Kompas.com sesaat sebelum menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (26/9/2012).

Menurut Sentot, tawuran pada Senin kelabu itu diperkirakan merupakan aksi balasan atas peristiwa sebelumnya. Pasalnya, di usia remaja ini para siswa kerap mengaplikasikan rasa solidaritasnya yang tinggi, meski di sisi lain sering kali melewati batas kewajaran.

Selain itu, Sentot mengungkapkan bahwa para siswa SMAN 70 memang sering kali mendapat serangan dari sekolah lain pada setiap hari Jumat. Serangan tak hanya dilakukan oleh siswa SMAN 6, tetapi juga dari sekolah lain yang berlokasi tak jauh dari SMAN 70, seperti SMAN 82, SMAN 46, dan SMK Kebon Jeruk.

"Para pelaku ini mungkin punya solidaritas tinggi dan akhirnya melakukan aksi balasan. Bayangkan saja, hampir setiap Jumat sekolah kami diserang oleh beberapa sekolah," pungkasnya.

Pihak berwajib lamban

Sentot juga menyayangkan lambannya respons pihak kepolisian untuk mengantisipasi dan melerai setiap kali ada tawuran di kawasan Mahakam dan Bulungan. Padahal, sudah beberapa tahun lalu ada sebuah pos di tengah-tengah kawasan itu yang khusus dibangun untuk mengantisipasi maraknya aksi tawuran.

Sejatinya, pos tersebut dijaga oleh petugas kepolisian, Satpol PP, dan guru dari kedua sekolah. Akan tetapi, potret di lapangan berbanding terbalik dengan ekspektasi yang diharapkan.

"Harusnya ada antisipasi atau tindakan cepat. Kami buat posko, tapi hanya berjalan tiga bulan, setelah itu terbengkalai. Kepolisian juga lambat, padahal hari itu ada demo besar di dekat TKP yang dijaga oleh banyak polisi," sesalnya.


Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran SMA 70 dan SMA 6"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com