Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Tunggal Itu Direnggut dari Pelukan Ibunya

Kompas.com - 27/09/2012, 08:42 WIB

KOMPAS.com - Deni bukan anak berandalan. Kalimat itu tegas diucapkan Tito Faryadi (63), paman Deni Januar (17), pelajar SMA Yayasan Karya 66, Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang tewas dalam tawuran, Rabu (26/9) tengah hari kemarin.

”Dia anaknya baik, kalem. Tadi pagi waktu mau berangkat sekolah, dia sempat bercanda sama cucu saya. Dia bilang mau pakai sepeda baru cucu saya ke sekolah. Saya tertawa saja.”

Deni adalah anak tunggal Suyanti (45) yang tinggal di Gang Rusa IV, RT 004 RW 005, Manggarai Selatan, Tebet, Jakarta Selatan. Suyanti sudah lama berpisah dengan suaminya, ayah Deni, dan menghidupi sendiri Deni dan dirinya dengan bekerja di salah satu kantor riset di Jakarta Selatan.

Di Gang Rusa itu, Deni tak pernah kesepian. Ia mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga besar ibunya yang tinggal saling bersebelahan rumah. Herlani, kakak kandung Suyanti, kepada wartawan mengatakan, Deni sudah dianggap anak kandungnya. Ia selalu bilang anaknya ada tiga, yaitu seorang putra, yakni Deni, serta dua putri.

Menurut Tito, Deni memang pernah pindah sekolah. Awalnya di SMA Negeri 79, tetapi kemudian pindah ke SMA Yayasan Karya. Namun, di lingkungan tempat tinggalnya, Deni dikenal sosok gaul yang suka main marawis.

”Dia suka main marawis, yang kalau di kami disebut band kepret. Dia juga pandai main silat palang pintu. Sama saudara-saudaranya juga tidak pernah ada masalah,” kata Tito.

Sugiasih, tetangga Deni, menambahkan, korban tawuran antara SMA Yayasan Karya 66 dan SMK Kartika Zeni itu juga sangat santun. ”Tak pernah ada masalah. Saya rasa dia jadi korban karena membela temannya,” katanya.

Reza Nurzaman (18), teman Deni, mengatakan, pada Rabu siang itu mereka pulang dari sekolah menaiki Metromini 62. ”Sampai di Jalan Saharjo, kami lihat ada anak-anak SMK Kazen (Kartika Zeni) lagi nongkrong tidak jauh dari Masjid Ar-Rahman. Tidak tahu siapa yang mulai, tetapi kami lempar-lemparan batu. Kami anak Yake (Yayasan Karya) turun dari bus lari karena cuma berdelapan,” kata Reza Nurzaman di depan Ruang Pemulasaraan Jenazah RSCM.

Namun, mereka dihadang oleh anak-anak Kazen yang ternyata berada di bus metromini di belakang mereka. ”Kami dikepung. Kami semua terus lari dan lempar batu agar ada jarak dengan Kazen,” kata Reza Nurzaman.

Saat terjadi tawuran itu, salah seorang siswa Yake terjatuh. Deni yang telah menjauh memutuskan kembali menolong temannya. Naasnya, Deni justru disambut dengan sabetan benda tajam diduga celurit milik salah seorang siswa Kazen, AD. Deni tersungkur dan meninggal di atas aspal. (NELI TRIANA)

Berita terkait tawuran pelajar di Jakarta dapat diikuti dalam topik "Tawuran Pelajar Memprihatinkan"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com