Ini Bukan Soal Ekspresi Darah Muda Lagi

Kompas.com - 27/09/2012, 16:22 WIB
Ali Sobri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena tawuran antarpelajar yang terjadi akhir-akhir ini di Jakarta dinilai bukan lagi tawuran biasa. Dekan Fakultas Psikologi Unika Atmajaya, Juliana Murniati, memandang adanya perubahan agresivitas yang dialami generasi muda saat memututskan terlibat dalam tawuran yang beresiko menelan banyak korban jiwa.

"Saya mengikuti pemberitaan terkait tawuran yang belakangan ini marak terjadi di Jakarta. Kalau kita lihat, bahasa halus perbuatan itu adalah perkelahian. Intensitas yang hingga menelan korban jiwa itu sudah di luar kemanusiaan," kata Murniati kepada Kompas.com, Kamis (27/9/2012) siang.

"Ini bukan darah muda lagi, pada periode sebelumnya kita tahu tetap ada perkelahian. Tetapi perkelahian yang sekarang, bukan dengan tangan kosong atau mengandalkan energi, melainkan sudah menggunakan barang-barang atau senjata berbahaya lainnya," tambahnya.

Peneliti bidang psikologi antar budaya ini menyatakan perubahan besar agresivitas atau keinginan kuat pada remaja itu dipengaruhi kelompok yang biasa menjadi pelaku tawuran. Intoleransi tumbuh terhadap kelompok lain yang langsung diidentifikasi sebagai musuh.

Selain itu, Murniati menilai, jika melihat konsekuensi yang dimunculkan, tawuran saat ini tak hanya berbicara soal gengsi kelompok lagi, tetapi juga mengandalkan ego per individu.

"Perasaan ingin unggul itu ada, karena kelompok ingin lebih gengsi dan tampak hebat di mata yang lain, sat penyerangan itu terjadi, dorongan di lapangan bukan soal seruan lagi tapi ego sendiri yang bergerak untuk bertindak lebih tidak manusiawi seperti membunuh," katanya.

"Wajar kalau pada saat pak Menteri menanyakan itu pada si tersangka, dia merasa puas. Itulah dorongan agresif yang berubah, Mereka sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain apa yang harus dikerjakan saat perkelahian itu terjadi maka habisi," tuturnya kemudian.

Atas munculnya ekspresi yang demikian, Murniati menyarankan peningkatan prestise institusi pendidikan, yaitu rumah dan sekolah, dan juga dari masyarakat dengan menekankan pada pendidikan karakter.

"Improvisasinya, pendidikan karakter yang harus dilaksanakan di rumah adalah contoh kasih sayang, penghargaan, dan toleransi. Di sekolah misalnya, secara praktis, anak didik tidak hanya diberikan pelatihan pendidikan karakter secara teoritis, tetapi dengan tindakan guru yang mengaplikasikan kasih sayang dan memberi dorongan positif bagi anak-anaknya itu yang penting," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Terkini Lainnya

    Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

    Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

    Edu
    Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

    Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

    Edu
    Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus  dan AAU

    Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus dan AAU

    Edu
    BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

    BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

    Edu
    Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

    Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

    Edu
    “Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

    “Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

    Edu
    Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

    Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

    Edu
    Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan 'Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025'

    Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan "Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025"

    Edu
    Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

    Tips Tembus Publikasi di Jurnal Bereputasi ala Pakar dari Ural Federal University, Rusia

    Edu
    Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

    Kisah Prof. Rainiyati, 12 Tahun Rampungkan Usaha Jadi Guru Besar Unja

    Edu
    Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

    Cerita Alumni Telkom University, Ikut Desain Mobil Kepresidenan MV3 Garuda

    Edu
    Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

    Perkuat “Growth Mindset”, 516 Beswan Djarum Diharapkan Temukan Potensi Diri

    Edu
    Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

    Mendikdasmen Ingin Ada Pramuka Bhayangkara di Sekolah, Apa Itu?

    Edu
    Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

    Tangguhkan Gelar Doktor Bahlil, UI Akui Harus Lakukan Perbaikan Internal

    Edu
    Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

    Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama

    Edu
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau