JAKARTA, KOMPAS.com - Komite SMA Negeri 70 mengaku bahwa pihak sekolah tidak melakukan pembiaran terhadap tawuran yang kerap berulang antara siswa sekolah tersebut dengan sejumlah sekolah tetangganya. Ketua Komite SMA 70 Ricky Agustiady mengatakan, sekolah justru sudah melakukan pengawasan, salah satunya melalui media CCTV berjaringan internet sehingga keadaan sekolah dapat dipantau dari kejauhan.
"Kamera CCTV ini kalau Anda melihat pakai website bisa dipantau di 32 titik yang ada, waktunya realtime, bahkan dalam sebulan kita bisa rewind," ungkap Ricky di ruangannya, Jumat (28/9/2012).
Oleh karena itu, lanjutnya, pihak SMAN 70 merasa terpojok ketika salah satu siswanya diduga menyebabkan salah satu siswa SMAN 6 tewas dalam insiden tawuran di kawasan Bulungan, Senin (24/9/2012. Segenap orang tua juga tidak menginginkan kasus ini berulang kembali.
"Saya prihatin dengan keadaan ini, apalagi peristiwa ini menjadi besar karena sampai ada tragedi hilangnya nyawa manusia. Saya meyakini, tidak ada satu orang tua pun yang rela kehilangan anaknya. Demikian juga pelaku FR. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya jadi pelaku pembunuhan," katanya.
Ricky juga mengatakan akan ada gerakan mengedukasi orangtua atau wali murid untuk memberikan pemahaman informasi, serta pemahaman mengenai tragedi yang sedang berjalan mulai dari masalah sampai hal yang akan dilakukan nanti.
"Sekarang 1.200 siswa kami ketakutan. Psikis anak-anak saya terganggu, takut ada hujatan dan ada balasan. Kita kampanyekan kepada anak-anak untuk tidak ada pembalasan dan menghapus budaya tawuran ini," tandasnya,
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.