JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh melontarkan tiga pandangan yang mungkin muncul dalam merespons kasus tawuran yang terus berulang antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta Selatan. Namun, Nuh menyampaikan bahwa pandangan ketigalah yang akan mendasari solusi yang akan diambil oleh kementerian. Apa itu?
"Sebagai penanggung jawab di dunia pendidikan, saya ambil opsi yang ketiga. Siapa pun yang menghadang, kita tabrak. Siapa yang menghalangi, kita sikat. Ini soal masa depan generasi, virus yang luar biasa. Maka stop at all cost," ucapnya dalam pertemuan bersama Kepala SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta Selatan di gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Sebelumnya, Mendikbud menyampaikan dua pandangan pertama sebagai opsi pembanding. Pandangan pertamanya adalah mendukung kesuburan tawuran pelajar di wilayah itu dengan memberikan modal yang maksimum agar kualitas tawurannya semakin tinggi.
"Bagaimana, apa perlu kita seperti itu? Beri mereka bedil supaya banyak korban yang jatuh. Saya pikir tak akan ada yang setuju karena ini tidak waras," ucap Nuh.
Pandangan keduanya, lanjut Nuh, adalah menyelesaikan permasalahan ini secara alami. Semua pihak cukup melarang dan kemudian ketika tawuran kembali terulang, dibiarkan selesai secara alami.
"Bagaimana dengan itu? Mau kita biarkan dan selesai secara alami?" tambahnya lagi.
Hingga kemudian, Nuh mengungkapkan bahwa pandangan ketigalah yang paling tepat, yaitu atas dasar semangat untuk menghentikan kebiasaan negatif ini, berapa pun biaya yang diperlukan demi menghentikannya.
Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran Berdarah"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.