JAKARTA, KOMPAS.com - Para siswa yang ikut dalam mediasi yang digelar Polda Metro Jaya beserta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menghentikan aksi kekerasan di dunia pendidikan, Selasa (2/10/2012) malam, mengaku tercerahkan. Namun para siswa tersebut menilai kampanye semacam ini digelar langsung di sekolah-sekolah, terutama sekolah yang kerap terlibat tawuran. Dengan demikian, pesan bisa disampaikan dengan efektif.
"Seharusnya acara tersebut harus lebih banyak didatangi langsung oleh para pelaku tawuran, bukan cuma ketua OSIS-nya yang sudah baik-baik atau kepsek dan guru aja. Coba dikirimkan ke sini, si tukang para pelaku tawuran dari sekolahnya pasti lebih mengena," kata Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas SMA 87 Bintaro, Muhammad Faisol, yang turut hadir dalam dialog bertajuk 'Stop Tawuran' di Hotel Sultan.
Faisol menilai acara semacam ini bagus karena siswa akan memeroleh kesempatan untuk bersilaturahim dengan para pejabat, pimpinan sekolah, dan tokoh masyarakat. Dengan demikian, siswa yang hadir bisa memahami bahwa tawuran hanya akan membuat banyak pihak rugi.
"Kita juga makin mengetahui betapa bodohnya kalau tawuran itu kita lakukan. Kita rugi, orangtua, teman, guru, sekolah, pendidikan, karier dan sebagainya,"
Ketua OSIS SMAN 70, Candrika Sagitasari, juga menyatakan hal yang sama. Sebagai warga sekolah yang baru saja mengalami efek tawuran, Candrika mengaku makin semangat untuk menolak kekerasan dan tawuran di sekolahnya ke depannya.
"Kita jadi tahu bahwa kita dimotivasi oleh banyak orang, mulai dari kementerian, tokoh pendidikan, agama, dan budayawan, bahkan pihak kepolisian yang sama-sama peduli pada masalah bersama ini," tuturnya,.
Candrika pun merasa lebih percaya diri untuk bisa mengajak teman-temanya menekan aksi tawuran di sekolahnya karena keterlibatan dalam aksi kekerasan dan tawuran hanya akan mengecewakan banyak orang, terutama orangtua. Menurutnya, jika para pelajar kembali terlibat dalam aksi kekerasan atau tawuran, maka perlu ada tindakan tegas dari sekolah maupun aparat.
Candrika dan Faisol pun mendorong agar semangat ini terus dikampanyekan dari sekolah ke sekolah, terutama sekolah yang kerap terlibat dalam aksi tawuran. Dengan demikian, semangat ini langsung menyentuh kepada para siswa yang membutuhkannya.
Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran Berdarah"