Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 16 Persen Puskesmas Sadar Kesehatan Jiwa

Kompas.com - 08/10/2012, 19:36 WIB
Indira Permanasari S

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan kesehatan jiwa belum menjadi prioritas di daerah-daerah. Sejauh ini, hanya 16 persen dari hampir 10.000 puskesmas di Indonesia yang telah menjalankan program kesehatan jiwa. Padahal, peranan pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas sangat penting. Penanganan kesehatan jiwa bukan berarti harus membangun rumah sakit jiwa.

Sebagian kecil puskesmas itu telah mempunyai kader, catatan, sistem rujukan yang baik, dan pelayanan kesehatan jiwa yang rutin dijalankan. Ini misalnya, sudah dijalankan di beberapa daerah seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah.

"Belum semua daerah mempunyai sistem pelayanan kesehatan jiwa karena bidang itu belum sepenuhnya disadari sebagai hal yang sama penting dengan kesehatan fisik," ujar Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Diah Setia Utami mengatakan, Senin (8/10) .

Kementerian Kesehatan juga akan mengadakan rapat kerja nasional kesehatan jiwa dengan pemerintah daerah dari 33 provinsi pada April 2013. "Kami ingin memberikan awareness bahwa beban dari masalah kesehatan jiwa sudah besar. Diharapkan dalam pertemuan itu juga dibangun komitmen bersama terhadap penanganan kesehatan jiwa. Masih banyak kendala seperti pola-pola pengobatan dan sistem rujukan," ujarnya.

Padahal, pemerintah daerah dapat berperan dalam membangun sistem kesehatan jiwa di daerahnya. Jika orang dengan gangguan jiwa ditangani dan diobati dengan adekuat, mereka akan produktif dan berkontribusi bagi masyarakat.  

 

Terselubung

Salah satu kendala mengatasi depresi di dalam masyarakat ialah terselubungnya depresi sehingga sulit disadari. Untuk itu, pemerintah mulai melatih tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter di puskesmas sejak tahun 2011. Tahun lalu, berkisar 200-300 tenaga kesehatan dari tujuh provinsi dilatih untuk mengenali gejala dan intervensi dini terhadap gangguan jiwa. Program itu akan teruskan pada tahun ini.

"Selama ini, kalau ada warga datang dengan keluhan sama seperti sakit kepala dan maag berulang kali hanya diberikan obat untuk mengatasi gejala sakit fisiknya. Padahal, keluhan kronis yang sama berkali-kali bisa saja itu depresi," ujar Diah.

Jangankan tenaga kesehatan di puskesmas dan dokter umum, dokter spesialis pun terkadang tidak mengenali gejala depresi yang dialami terutama oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, HIV/AIDS, atau penyakit kronis lainnya. Akibatnya, motivasi pasien untuk berobat dan berdisiplin menjaga kesehatan kesehatannya menjadi rendah dan kualitas kesehatan fisik dan mental semakin buruk.

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com