JAKARTA, KOMPAS
Penanggulangan masalah kesehatan jiwa, seperti depresi, masih belum dirancang sebagai suatu gerakan masyarakat. Padahal, pemanfaatan media sosial amat memungkinkan menjangkau khalayak lebih luas. ”Dibandingkan penempatan iklan layanan masyarakat di televisi yang mahal, informasi melalui media sosial memang sangat potensial, biayanya minim, tetapi dapat menjangkau banyak orang dalam waktu singkat. Kami menyadari itu. Karena itu, kami akan menempuh upaya untuk memaksimalkan potensi media sosial,”
kata Kepala Pusat Promosi Kesehatan (Promkes) Kementerian Kesehatan Lily S Sulistyowati, Selasa (9/10).
Menurut Lily, Pusat Promkes sebenarnya mulai mengembangkan media sosial melalui situs web promosi kesehatan, Twitter, dan Youtube untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Promkes juga memanfaatkan jejaring atau komunitas peduli kesehatan. Untuk pesan-pesan menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS), pihaknya menitipkan iklan layanan masyarakat lewat sejumlah bioskop dan TV Berita Satu.
Apakah acara Sepeda Sehat seperti hari Minggu (14/10) yang akan datang efektif dan ada gaungnya? ”Kalau dikatakan efektif mungkin belum, tetapi kegiatan ini dilakukan di pusat kota Jakarta yang dihadiri oleh jajaran pemerintah dan stakeholders terkait sehingga diharapkan masyarakat menjadi aware, mengerti akan makna dari peringatan hari tersebut. Pada akhirnya mereka peduli dan melaksanakannya. Selain itu, Sepeda Sehat merupakan salah satu implementasi dari gaya hidup sehat yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Lily.
Kemenkes juga mengimbau semua provinsi untuk memperingati hari-hari besar kesehatan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan semua pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pakar psikiatri sosial Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Nalini Muhdi, menyatakan keprihatinannya bahwa penanganan depresi dan kesehatan jiwa pada umumnya masih belum menjadi sebuah gerakan. ”Padahal, penderita depresi sudah banyak, bahkan penderita depresi terselubung lebih banyak lagi. Jangankan upaya menanggulangi, gejala depresi saja umumnya masyarakat dan petugas kesehatan belum paham karena sosialisasi dan penanggulangan dari pemerintah masih minim,” katanya.
Penyakit yang ditimbulkan depresi beragam, antara lain gangguan kekebalan tubuh, penggumpalan darah, sehingga penderita mudah sakit, mulai dari flu, kanker, hingga serangan jantung, dan stroke. Perempuan lebih rentan terjangkit depresi, dua hingga tiga kali lebih tinggi dari laki-laki, yaitu ketika hormon estrogen turun menjelang menstruasi, pasca-melahirkan, dan menjelang menopause. Perempuan juga lebih terpengaruh masalah kehidupan personal karena tanggung jawab domestik.