Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Memupuk Kebersamaan

Kompas.com - 20/10/2012, 07:34 WIB
Aswin Rizal Harahap

Penulis

KOMPAS.com - Setelah melarikan diri selama hampir sebulan, ST (22) diringkus polisi di sebuah tempat indekos di Nunukan, Kalimantan Timur. Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia Makassar itu membunuh rekannya, Muhammad Ibrahim Rauf (22), dengan sebilah badik dalam tawuran massal antarmahasiswa pada 20 September lalu.

ak sampai sebulan berselang, tawuran antara Fakultas Teknik dengan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar (UNM) menyebabkan dua mahasiswa tewas. Nyawa Rizky Munandar dan Haryanto tak tertolong setelah ditusuk badik oleh MAB (20) dalam tawuran massal pada 11 Oktober lalu.

Polisi meringkus MAB sehari setelah tawuran melalui informasi dari sang kakak, MA (21), yang lebih dulu ditangkap. Tewasnya tiga mahasiswa dalam sebulan terakhir membuat dunia pendidikan di Makassar, Sulawesi Selatan, seolah berada di titik nadir.

Sejumlah mahasiswa pun menyerukan pentingnya memupuk kebersamaan, baik di kalangan mahasiswa sekampus maupun berbeda perguruan tinggi. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM Andi Ahmad Jamir mengakui, program di antara BEM fakultas belum terintegrasi.

Selama ini kegiatan mahasiswa cenderung terpusat di lingkup fakultas, terutama ketika orientasi mahasiswa baru yang diadakan setiap fakultas sejak tahun 2010. ”Kami pernah mencoba menggelar seminar tingkat nasional bekerja sama dengan perguruan tinggi lain. Namun, niat itu urung terwujud karena birokrasi yang berbelit,” ungkap Jamir.

Dadang Anugerah (22), Ketua BEM Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas), mengatakan, kampusnya memiliki 30 unit kegiatan mahasiswa. Jumlah kegiatan yang diadakan 13 BEM fakultas pun cukup banyak. Setiap BEM rata-rata merancang 15-20 program setiap tahun. Namun, kegiatan itu umumnya diadakan fakultas masing-masing.

Sosiolog dari Unhas, M Darwis, berpendapat, sudah saatnya pihak pengelola perguruan tinggi membuka diri kepada mahasiswa maupun universitas lain. Hal itu bisa dilakukan dengan merancang kegiatan-kegiatan yang mengedepankan kebersamaan. Tumbuhnya rasa kekeluargaan diharapkan efektif mencairkan sekat-sekat pergaulan mahasiswa yang cenderung sempit.

”Banyak mahasiswa dari daerah yang wawasan pergaulannya sempit karena tinggal di asrama yang disediakan pemerintah kota/kabupaten,” kata Darwis. Hubungan pertemanan yang terbangun pun umumnya didasari kesamaan latar belakang etnis.

Menurut Wakil Rektor III Unhas Nasaruddin Salam, forum rektorat perguruan tinggi se-Makassar sepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama. Pertemuan rutin tak lagi digelar tiap tiga bulan sekali, tetapi 1-2 kali dalam sebulan.

Forum akan membahas berbagai bentuk kerja sama lintas perguruan tinggi, termasuk mengemas kegiatan-kegiatan yang mengedepankan kebersamaan. ”Dari hasil evaluasi internal, sanksi tegas berupa drop out dan skorsing saja tidak cukup. Mesti ada program konkret yang bisa merangsang rasa persaudaraan di kalangan mahasiswa,” ujar Nasaruddin.

Itu sebabnya, Rektorat Unhas menggagas program pendidikan karakter mulai 1 Oktober. Program membangun kebersamaan itu diikuti oleh perwakilan mahasiswa dari 13 fakultas. Selain pemberian teori, mereka juga akan mengikuti outbound. ”Jika perguruan tinggi lain memiliki program yang sama, tidak menutup kemungkinan kita bekerja sama,” ungkap Nasaruddin.

Dikeluarkan

Meski demikian, baik pengelola perguruan tinggi maupun polisi tetap mengambil langkah tegas sebagai solusi jangka pendek menghadapi eskalasi tawuran belakangan ini.

Rektor UNM Arismunandar memastikan seluruh mahasiswa yang terlibat tawuran akan mendapat sanksi maksimal. ”Bagi mahasiswa yang berstatus tersangka, otomatis dikeluarkan dari kampus,” ujarnya.

UNM memberhentikan 19 mahasiswa yang terlibat tawuran sepanjang tahun lalu. Sementara Unhas telah mengeluarkan lebih dari 30 mahasiswa dalam tiga tahun terakhir. Penyebabnya antara lain, tawuran, unjuk rasa yang disertai kekerasan, dan perusakan fasilitas kampus.

Selain sanksi pemberhentian, Rektor UMI Masrurah Mochtar juga membubarkan dua lembaga kemahasiswaan di lingkup Fakultas Teknik yang terlibat dalam tawuran massal pada bulan lalu. Dua lembaga yang dibubarkan adalah Teknik Pencinta Alam (Tekpala) dan Cakra Buana, lembaga pencinta alam di Jurusan Teknik Sipil. ”Lembaga ini kami bubarkan karena berulang kali terlibat tawuran,” katanya.

Sikap tegas juga ditunjukkan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat (Polda Sulselbar). Kepala Polda Sulselbar Inspektur Jenderal Mudji Waluyo menginstruksikan penempatan satu regu polisi di sejumlah perguruan tinggi di Makassar, terutama UNM dan UMI. Mereka akan berjaga-jaga di dalam kampus guna mencegah tawuran merembet ke perguruan tinggi lain.

”Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) bersama pimpinan perguruan tinggi menganggap penempatan polisi di dalam kampus dibutuhkan hingga situasi berangsur pulih,” ujar Mudji.

Berdasarkan catatan Polda Sulselbar, sebanyak 21 kali tawuran mahasiswa terjadi di Makassar dalam periode 2010-2012. Hampir separuh dari tawuran itu terjadi antara Fakultas Teknik dengan Seni dan Desain UNM. Selama kurun waktu itu, pertikaian kedua fakultas menyebabkan tiga korban tewas, yakni Dodo Difaldo pada 2010, serta Rizky Munandar dan Haryanto dalam tawuran 11 Oktober lalu.

Pencari fakta

Catatan kelam itu membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil sikap tegas. Mendikbud Mohammad Nuh, yang datang ke Makassar sehari pascatawuran mahasiswa UNM, membentuk tim pencari fakta. Tim yang dikoordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso itu bertugas menginvestigasi dan merekomendasikan sanksi yang tepat bagi UNM.

Kemdikbud menyiapkan empat jenis sanksi, mulai dari larangan penerimaan mahasiswa baru selama beberapa tahun bagi dua fakultas yang terlibat tawuran, menghentikan bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), penurunan akreditasi fakultas dan perguruan tinggi, serta sanksi bagi pejabat struktural perguruan tinggi.

”Berbagai sanksi itu akan dituangkan dalam peraturan menteri. Regulasi itu diharapkan membuat perguruan tinggi lebih serius menjaga lingkungan sivitas akademika dari tindakan-tindakan tidak terpuji,” ungkap Nuh.

Tokoh pendidikan Sulsel, Halide, berharap selain menjatuhkan sanksi yang memberi efek jera, pemerintah juga memberi perhatian khusus dalam pengembangan nalar dan pembangunan karakter mahasiswa di Makassar dan sekitarnya. Kemdikbud perlu mendorong program lintas fakultas dan lintas perguruan tinggi.

”Daya kritis mahasiswa Makassar terhadap persoalan strategis sangat besar. Hanya saja perlu diintegrasikan lintas fakultas dan lintas kampus sehingga terbangun rasa kebersamaan,” ungkap Halide.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com