Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2012, 19:46 WIB
|
EditorAgus Mulyadi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kajian ilmiah Pancasila belum dikembangkan perguruan tinggi.

Padahal, perguruan tinggi harus menjadi yang terdepan untuk mengembangkan kajian ilmiah Pancasila. Dari kajian itu lahir berbagai teori hingga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan bangsa Indonesia. 

 

"Pancasila itu merupakan prestasi bangsa yang luar biasa. Tetapi rumusan, teori, dan penerapan Pancasila tidak berkembang, kalah jauh dari kajian soal liberalisme atau kapitalisme. Pancasila bahkan mulai terlupakan, dan dianggap tidak relevan dengan jaman sekarang dan masa depan," kata KH Said Aqil Siradj, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Said Aqil mengemukakan itu, saat menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Peran Perguruan Tinggi (PT) dalam Memantapkan Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara pada peringatan Dies Natalis Ke-46 dan Wisuda Universitas Pancasila di Jakarta, Selasa (23/10/2012).

 

Acara wisuda dipimpin Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno. Hadir pula Siswono Yudho Husodo, Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Pancasila; dan Agus Subekti, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi, Kemdikbud.   

 

Padahal, kata Said, kajian Pancasila bisa dikembangkan secara mendalam, seperti yang dilakukan Profesor Mubyarto dengan konsepnya mengenai sistem ekonomi Pancasila.

"Bisa saja kajian soal Pancasila itu dilakukan secara ilmiah, sehingga ada rumusan soal sistem politik Pancasila, sistem budaya Pancasila, dan masih banyak lagi," ujar Said Aqil.

 

"Universitas Pancasila yang menyandang nama Pancasila harus terdepan harus mengembangkan kajian ilmiah Pancasila," tambah Said Aqil, yang juga Ketua Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia.    

 

Edi Toet mengatakan, Universitas Pancasila mengembangkan Pusat Studi Pancasila selama 17 tahun. Pusat Sudi Pancasila didirikan untuk mendukung berbagai pemikiran tentang Pancasila, sebagai ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+