BLITAR, KOMPAS -
”Jawa dan umumnya Nusantara dikenal sebagai perlintasan ras-ras manusia kuno, sebelum akhirnya bisa menghuni dan menetap setelah mengembangkan permukiman dan domestikasi pertanian,” kata Rusyad Adi Suriyanto dari Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi UGM di Blitar, kemarin. Hasil riset, termasuk dari masa penelitian zaman kolonial, meyakini bahwa kepulauan Nusantara merupakan titik temu dua kelompok ras Asia daratan dengan ras penghuni kepulauan Pasifik.
Ekskavasi di Kademangan, Blitar, dilakukan 21 mahasiswa Program Studi Antropologi
”Mereka manusia modern seperti kita, tetapi hidup dengan kebudayaan sederhana. Bisa dikategorikan dari masa akhir kebudayaan paleolitikum (zaman batu tua) atau awal paleometalik (peradaban logam). Selain peralatan kebudayaan, tim juga menemukan sisa makanan dari flora dan fauna,” kata Rusyad.
Pengajar pada studi Paleoantropologi FISIP Unair, Toety Koesbardiati, mengakui, banyak hal bisa dijelaskan dari temuan itu, tapi perlu studi lanjut.
Goa kapur di Blitar, Malang, dan Tulungagung telah menjadi sasaran riset karena temuan tumpukan bekas makanan dan alat manusia kuno.