Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkap Peluang "Augmented Reality"

Kompas.com - 31/10/2012, 16:59 WIB

Contoh penerapan Augmented Reality pada halaman harian Kompas

Oleh: Agnes Aristiarni

Perang untuk mengembangkan terobosan teknologi tampaknya terus memanas. Kali ini giliran The Technology Partnership dari Cambridge, Inggris, setelah sebelumnya Google membuat kacamata khusus untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi augmented reality.

Inilah terobosan baru dalam teknologi informasi yang memadukan produk abstrak dunia maya dengan lingkungan nyata tiga dimensi. Meski baru berkembang pesat dalam dasawarsa terakhir, kata augmented reality—berarti tambahan pada kondisi nyata— dipercaya muncul dari Profesor Tom Caudell saat mengerjakan proyek Boeing di Seattle, Amerika Serikat, tahun 1992.

Dalam upaya mencari cara termudah membuat rancang bangun pesawat, Caudell mulai mengaplikasikan teknologi virtual yang ditumpukkan pada model pesawat yang dibangun sehingga para mekanik bisa dengan tepat menyambung kabel sampai meletakkan mesin, tanpa harus membolak-balik gambar diagram pesawat.

Kacamata khusus

The Technology Partnership (TTP), seperti yang dikabarkan The Guardian, mengembangkan kacamata dengan proyektor kecil di salah satu gagangnya. Gambar dari proyektor memantul ke bagian tengah lensa yang kemudian memproyeksikan citra ke mata. Artinya, citra langsung menyatu dengan dunia nyata di depan mata penggunanya.

Kacamata TTP berbeda dengan yang dikembangkan Google. Pengguna kacamata dari Google masih kelihatan secara nyata melirik layar monitor yang ada di sudut kanan bawah kacamata pada mata kanan. Akibatnya, pengguna harus melirik ke bawah untuk melihat citra yang dipancarkan proyektor sehingga untuk beberapa saat lepas dari dunia nyata yang ada di depannya.

”Kami akan mendiskusikan produk TTP kepada para pemain besar augmented reality. Bila ada yang berminat, silakan membeli lisensinya. Bila tidak, kami akan memproduksi sendiri,” kata Dr Allan Carmichael, Manajer Pengembangan Bisnis TTP.

Aplikasi paling nyata dari teknologi augmented reality adalah di bidang olahraga, permainan, dan iklan. Anda penggemar tenis, bola basket, atau bulu tangkis pasti pernah melihat iklan besar yang persis berada di tengah lapangan. Inilah hasil dari augmented reality. Sebab, sejatinya para pemain di lapangan tidak pernah melihat iklan tersebut sehingga permainannya tidak terganggu.

Dalam beberapa pertandingan sepak bola yang ditayangkan televisi kadang muncul garis off-side atau garis lingkaran tendangan bebas. Semuanya tidak ada yang nyata di lapangan.

Ke depan, penerapan augmented reality sungguh tak terbatas. Dalam seminar tentang teknologi tersebut sebagai bagian dari Computer Festival 2012 yang diselenggarakan oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 13-14 Oktober lalu, praktisi Narenda Wicaksono mencontohkan berbagai aplikasinya dengan menggunakan telepon pintar (smartphone).

Disebut Menoo, aplikasi ini mengombinasikan penggunaan giroskop, kompas, global positioning system (GPS), dan tentu saja teknologi augmented reality untuk menunjukkan restoran terdekat dengan lokasi kita. Bahkan, untuk yang sudah canggih lengkap dengan pilihan menu dan harganya.

Industri hiburan pun sudah memanfaatkan terobosan teknologi ini. Kalau 35 tahun lalu band Pink Floyd yang mengusung lagu-lagu rock menerbangkan balon helium raksasa berbentuk binatang untuk mempromosikan album mereka yang berjudul Animal, kini citra Kylie Minogue datang menghibur dengan cara muncul dari cover CD, lalu menyanyi dan menari di telapak tangan kita.

Peluang dan tantangan

Aditia Dwiperdana dari Agate Studio, yang bersama rekan-rekannya menciptakan Smash Mania—augmented reality game pertama di Indonesia—mengakui masih banyak kekurangan aplikasi teknologi ini dalam permainan virtual. Dalam Smash Mania, pemain yang bertanding bulu tangkis dengan menggunakan telepon seluler sebagai raketnya masih harus bolak-balik mengintip ke telepon seluler untuk melihat arah bola baru memukul.

Inilah peluang yang kemudian ditangkap Google dan TTP. Meski semua masih berupa prototipe, orang sudah membayangkan bermain virtual menggunakan kacamata khusus tersebut bisa semakin seru. Maklum, orang mungkin tidak terlalu nyaman bermain menggunakan telepon seluler yang terbatas ukuran layarnya.

Maka, peranti SixthSense yang berbasis augmented reality—menggabungkan dunia nyata di sekitar kita dengan informasi digital yang bisa berinteraksi dengan sentuhan tangan—menawarkan penggunaan lensa kontak atau kacamata sebagai pelengkap.

Augmented reality memang masih punya banyak tantangan untuk diatasi. Teknologi GPS yang digunakan, misalnya, hanya akurat pada jarak 9 meter dan belum bisa berfungsi baik di dalam ruangan.

Bisnis mandiri

Namun, seperti yang disebutkan Narenda, di sisi lain kehadiran augmented reality menjadi peluang besar bagi setiap orang untuk membangun bisnis mandiri. Apalagi teknologi ini belum berkembang betul sehingga belum ada arah, termasuk benchmark atau patokannya. ”Di lapisan platform, misalnya, saat ini masih belum ada yang mengambil. Maka, Anda bisa membuat sendiri ukuran suksesnya,” kata Narenda.

Ia kemudian mencontohkan pemenang Mobile Games Development War II yang gigih mengembangkan rancangan. ”Dia membuat game, mengirimnya ke media sosial, dan membaca semua umpan balik yang diterima. Dari situ ia memperbaiki rancangannya hingga bisa memenuhi aspirasi penggunanya,” ujarnya.

Namun, rancangan permainan virtual sering kali hanya menjadi pintu masuk. Keuntungan biasanya justru diperoleh dari penjualan merchandise tokoh, seperti kaus, boneka, atau gantungan kunci. Kuncinya adalah setiap produk harus bernilai bagi penggunanya. Kalau sekadar keren, biasanya tidak akan bertahan lama.

Inilah salah satu peluang teknologi informasi yang bisa direbut. Siapkah kita?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com