Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Ternyata Suka Menanam Pohon

Kompas.com - 06/11/2012, 16:14 WIB
Caroline Damanik

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Susah mengajarkan anak untuk memiliki pola hidup ramah lingkungan? Tidak, mereka justru suka. Anak-anak suka diajarkan membuang sampah pada tempatnya, anak-anak suka diajarkan mematikan keran pada saat menyikat gigi, bahkan anak-anak suka diajak menanam pohon. Jadi, tak ada alasan bagi orangtua dan guru untuk enggan mengajak mereka bersahabat dengan alam.

Dalam Tur Edukasi Bumiku Lestari di Semut-Semut Natural School Kelapa Dua, Depok, sukacita itu tersajikan. Di tengah suasana sejuk meski tengah beranjak siang, sejumlah anak dari kelas I sampai kelas VI berceloteh ria sambil gotong-royong menanam bibit-bibit pohon sukun, mangga, alpukat, rambutan dan cendana di beberapa titik di sekolah mereka.

Bagi Syifa, kegiatan menanam pohon ini bukan yang pertama kali untuknya. Sebelumnya siswi kelas V SD Semut-Semut Natural School ini sudah pernah ikut kegiatan menanam pohon yang digelar oleh sekolahnya. Namun, dia tak bosan. Dengan penuh antusias, Syifa kembali menerima permintaan gurunya untuk mewakili anak-anak kelas V menanam pohon. Mengapa?

"Senang aja, karena menurutku, dengan menanam pohon itu kan bisa melestarikan bumi, bikin bumi lebih sejuk," tuturnya kepada Kompas.com, Selasa (6/11/2012).

Syifa bercerita bahwa dirinya mengetahui manfaat menanam pohon itu dari rumah dan sekolah. Dari kedua tempat inilah, wawasan Syifa tentang alam dan lingkungan hidup terbuka lebar. Apalagi, halaman sekolah Syifa yang berkonsep alam memiliki banyak pohon dan tanaman.

"Aku kan belajar di sekolah, terus di rumah, aku suka baca-baca buku tentang bumi," ungkapnya kemudian.

Beda dengan Davin. Ini pengalaman pertamanya menanam pohon. Siswa kelas II ini berteriak kegirangan ketika Kepala Divisi Kesiswaan Sekolah Dasar Semut-Semut Natural School, Karso Wijaya, membawakan bibit pohon mangga ke depan barisan kelompoknya.

"Nih, biar ada pohon mangga di sekolah kita," ungkap Pak Karso.

"Waaah, kita tanam pohon mangga. Asyik...," seru Davin kepada teman di belakangnya.

Davin bersama teman-teman sekelompoknya memasukkan bibit pohon mangga ke dalam lubang yang sudah disediakan sebelumnya di bagian depan halaman sekolah mereka. Setelah itu, mereka bergotong royong menutup lubang dengan bantuan sekop yang disediakan. Semuanya mereka lakukan sendiri.

"Aku senang karena baru pertama kali. Tadi masukin pohon ke dalam lubang terus masukin tanahnya. Senangnya kenapa ya? Bisa bikin bumi lestari," tuturnya sambil bergelayut di mainan tali di dekat tempat penanaman pohon berikutnya.

Sebelum menanam pohon bersama, anak-anak ini mendengarkan penjelasan dari Pak Karso mengenai alasan mereka perlu menanam pohon, merawatnya dan merawat lingkungan sekitar. Cinta dari Tuhan, ungkap Pak Karso, harus dibalas dengan cinta kepada sesama dan alam sekitar. Salah satunya, dengan menghijaukan lingkungan seperti yang akan mereka lakukan kemudian.

Usai menanam pohon, anak-anak pun mencuci tangan mereka yang kotor terkena tanah. Di sini, mereka belajar untuk mematikan keran air ketika mereka menggosok tangan dengan sabun agar air tak sia-sia terbuang.

Dibiasakan ramah lingkungan

Dalam waktu 2,5 jam, anak-anak SD di Semut-Semut Natural School memang diajak untuk mengenal banyak aktivitas yang ramah lingkungan oleh Oppie Andaresta dan tim. Pengenalan ini diharap bisa mendorong anak-anak untuk memiliki pola hidup mencintai lingkungan.

Tak hanya menanam pohon dan mematikan keran saat mencuci tangan, anak-anak kelas V dan kelas VI misalnya, diajak melakukan kegiatan 3R, re-use, reduce, recycle, dengan bahan-bahan seperti koran dan kardus bekas. Mereka membuat tas daur ulang dari kertas koran dan pigura dari kardus bekas.

"Aku ternyata bisa lho buat pigura ini, aku nanti mau bawa ke rumah buat ditunjukin ke Bunda," ujar seorang anak lelaki sambil sibuk menggunting kardus di tangannya.

Tur sehari ini diharapkan bisa menanamkan kesan mendalam tentang ramah lingkungan kepada anak. Namun, tanggung jawab setelahnya tetap menjadi milik guru dan orangtua. Pak Karso mengatakan, di Semut-Semut Natural School sendiri anak-anak memang dibiasakan berinteraksi langsung dengan lingkungan. Selain integrasi nilai-nilai ramah lingkungan ke mata pelajaran, setiap hari Jumat, ada Talents Day dimana anak-anak masuk ke klub pengembangan minat dan bakat masing-masing.

"Salah satu kegiatannya gardening, fokus ke lingkungan, anak-anak belajar misalnya bagaimana men-stek, mencangkok, dan membuat taman. Selain itu ada namanya Bengkel Habibie. Anak-anak diminta membawa barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi di rumah, di sini mereka bentuk, misalnya jadi robot, rumah, terserah sesuai kreativitas mereka. Kita hanya mengarahkan saja dan menyediakan bahan-bahan pelengkap, seperti lem dan gunting misalnya," tutur Pak Karso.

Hasil kreativitas mereka ini akan dibawa pulang ke rumah. Anak-anak dibiasakan untuk bercerita kepada orangtua. Dengan demikian, ayah dan ibu bisa mengetahui kegiatan anak-anaknya selama di sekolah. Sekaligus, anak-anak bisa menularkan kebiasaan ramah lingkungan kepada orangtua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com