Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menulis dengan Papan Tulis Interaktif

Kompas.com - 09/11/2012, 09:47 WIB
Amanda Putri Nugrahanti

Penulis

KOMPAS.com - Papan tulis terus berevolusi dari media kapur tulis, spidol, hingga layar presentasi yang menampilkan naskah dari komputer. Seorang pengajar SMK Tujuh Lima 2 di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, membuat papan tulis interaktif, di mana gerakan tangan dan sentuhan seperti di papan tulis bisa muncul secara visual di layar presentasi.

Taufiq Ariefianto, pengajar Teknik Komputer Jaringan, gemar mengutak-atik perangkat lunak dan keras. Dari mencoba-coba dan berbagi pengalaman dengan komunitas pengguna sumber terbuka (open source), dia menemukan teknologi yang membuat kegiatan presentasi jadi lebih menarik.

Taufiq memanfaatkan spidol dan stabilo bekas. Ia memodifikasi dengan menambahkan lampu inframerah, sistem penguatan sinyal, dan sebuah tombol sehingga menjadi pena yang dapat menulis di proyeksi presentasi pada dinding atau layar.

Tampilan pena ini mirip pena inframerah yang biasa digunakan untuk presentasi di layar proyektor. Bedanya, pena ini berfungsi ganda sebagai mouse yang dapat menggerakkan kursor dari proyeksi tampilan komputer.

Ketika tombol pena ditekan, gerakan lampu inframerah te- rekam oleh sensor pembaca gerak pada konsol permainan Wii yang meneruskan melalui sinyal bluetooth ke peranti lunak dalam laptop. Sinyal itu kemudian diterjemahkan menjadi format digital dan ditampilkan di layar.

Dengan perangkat lunak yang biasa digunakan untuk smartboard, pentabulous, maupun Iboard, pena dapat digunakan untuk menulis di layar seperti di papan tulis. Garis, tulisan, atau gambar yang dibuat dengan gerakan tangan itu kemudian terekam dalam format digital.

Pengembangan

Taufiq mengakui, ada teknologi serupa, yakni smartboard. Tetapi, harganya mencapai Rp 20 juta. ”Sedangkan untuk membuat pena ini, biayanya sangat murah. Bekas stabilo tidak perlu beli, lampu inframerah juga hanya Rp 500. Bagi saya, yang penting kegiatan belajar-mengajar interaktif tanpa harus mengeluarkan banyak biaya,” katanya ketika ditemui di Kota Semarang, pertengahan September lalu.

Karya Taufiq memenangi juara pertama dalam Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat Jateng 2012. Karya itu masuk dalam daftar 104 inovator nasional versi Kementerian Riset dan Teknologi.

Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jateng, Akmal Afif, menyatakan, meskipun sudah ada teknologi serupa, nilai terpenting dari inovasi yang diciptakan masyarakat adalah kronologi penciptaan yang dilakukan. Ada proses pembelajaran di dalamnya. Produk yang dihasilkan biasanya lebih canggih atau lebih efisien dari yang ada.

Karena itu pula, Taufiq tidak khawatir kalau apa yang dilakukannya ditiru pihak lain. Karena sering berinteraksi dengan para pengguna sumber terbuka, ia menjadi sangat terbuka. Untuk mengurus hak paten, kalau tidak didorong oleh Balitbang Jateng, Taufiq tidak akan mengurusnya.

Kepala Balitbang Jateng Sri Atmodjo menuturkan, semangat masyarakat Jateng untuk menghasilkan karya-karya inovasi termasuk tinggi, tetapi belum banyak yang bisa mendapat hak paten. Sulitnya proses dan mahalnya biaya untuk mengurus menjadi kendala bagi warga mematenkan produk mereka.

”Yang paling sulit adalah memastikan orisinalitasnya. Kebanyakan berupa produk modifikasi. Tetapi, itu bukan masalah. Sebab bagi masyarakat, temuan mereka itu berguna bagi kepentingan mereka, bukan untuk keperluan komersial,” ujar Sri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com