Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2012, 15:35 WIB
|
EditorNasru Alam Aziz

JAKARTA, KOMPAS.com -- Masyarakat Indonesia adaptif terhadap kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sayangnya, penerimaan tersebut belum disertai terbangunnya budaya hidup dalam perkembangan TIK.

"Ada kesenjangan dalam sikap adaptif masyarakat terhadap teknologi. Akibatnya, pemanfaatan TIK masih untuk konsumtif dan belum berdampak pada upaya memberdayakan diri," kata Zainal A Hasibuan, Wakil Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional (Detiknas), Minggu (11/11/2012) di Jakarta.

Menurut Zainal, pengguna internet untuk jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter terbilang tinggi. Pemilik telepon seluler hampir sama dengan jumlah penduduk Indonesia. "Tetapi pemanfaatannya belum pas. Jejaring sosial misalnya masih untuk narsis. Padahal, kita ingin pemanfaatan TIK untuk mendorong produktivitas dan membuat masyarakat jadi belajar menggunakan TIK dengan baik," tutur Zainal.

Dengan TIK, misalnya, semestinya siswa/mahasiswa menjadi lebih mudah untuk mengakses bacaan atau jurnal. Akan tetapi, justru plagiarisme juga meningkat karena kemudahan ini. "Jika terbangun budaya memanfatkan TIK secara benar, pengaruh-pengaruh negatif dari kemajuan TIK bisa diatasi. Sebaliknya, justru nilai-nilai positif yang bisa dimunculkan" kata Zainal.

Illa Sailla, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran dan saling berbagai informasi di antara institusi pendidikan didorong. Ternyata, adaptasi di kalangan mahasiswa cukup tinggi dibandingkan dosen.

Menurut Illa, peningkatan jumlah dosen yang memanfaatkan TIK masih rendah. Untuk mengakses informasi program hibah di Kemendikbud di laman resmi terlihat mahasiswa lebih proaktif. Untuk program hibah bina desa di kalangan mahasiswa, lowongan secara online dibuka untuk 20 mahasiswa. Namun, pendaftar bisa mencapai 1.600 mahasiswa. "Sebaliknya, di kalangan dosen rendah. Ada program untuk 50 dosen, yang daftar secara online hanya 56 orang," ungkap Illa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com