Banda Aceh, Kompas -
Menurut Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Muhammad Yakob, Jumat (30/11), di Banda Aceh, terbaliknya perahu bermotor yang ditumpangi rombongan guru SMP Negeri 2 Simpang Jernih di kawasan Batu Katak, Desa Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur, harus menjadi pelajaran. Keselamatan guru di daerah terpencil harus benar-benar diperhatikan.
”Daerah terpencil seperti Melidi sangat sulit aksesnya. Hanya bisa ditempuh dari Sungai Simpang Jernih hingga 6 jam. Jika banjir terjadi tentu berbahaya. Sebaiknya kepada guru-guru itu dilengkapi jaket pelampung atau alat keselamatan lain,” kata dia.
Dalam kecelakaan itu, dua guru SMPN 2 Simpang Jernih, Geugeut Zaludio Sanua Anafi (23) dan Winda Yulia (22), tewas. Dua guru lainnya, Irma Yuna (22) dan Hanafi (23), selamat. Korban tewas lainnya adalah Ahmad (35) dan Martini (45), warga setempat (Kompas, 30/11).
Yakob berharap tragedi di Sungai Simpang Jernih tak memengaruhi kelanjutan program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Apalagi, program itu baru dua tahun dijalankan.
Pembina Program SM3T Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Asep Mulyana juga meminta guru-guru SM3T di daerah terpencil dibekali alat keselamatan.