Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Sampai Jadi Kurikulum Celaka 13"

Kompas.com - 06/12/2012, 11:34 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski uji publik pengembangan kurikulum baru sedang berjalan, kontroversi terkait dengan perubahan kurikulum terus bergulir. Banyak pihak yang menilai langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merombak kurikulum ini tak berdasarkan alasan pedagogis yang kuat dan jelas.

Direktur Sekolah Tanpa Batas, Bambang Wisudo, mengatakan, pemerintah harus punya alasan pedagogis yang kuat terkait perubahan kurikulum ini. Pasalnya, perubahan yang dilakukan ini nyaris merombak total standar proses yang ada, khususnya untuk jenjang pendidikan dasar.

"Kalau mau diubah boleh saja, tetapi harus jelas alasannya. Jangan sampai ini nanti jadi kurikulum celaka 13," kata Bambang saat jumpa pers di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur, Jakarta, Rabu (5/12/2012).

Ia menambahkan, pemerintah harus juga melakukan riset terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini masih berjalan. Dari riset tersebut, pemerintah harus mau menyampaikan data empiris mengenai kondisi implementasi KTSP yang berujung pada perubahan kurikulum baru.

"KTSP saja belum dijalankan utuh sudah mau diganti. Harus ada data empiris untuk ini," ujar Bambang.

"Kalau mau diubah juga, jangan hanya saat masa akhir menteri. Saya rasa, daripada buru-buru seperti ini, akan lebih elegan kalau menjadi kurikulum 2015," imbuhnya.

Anggota Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Jeirry Sumampow, mengatakan bahwa kurikulum baru yang akan diterapkan pada 2013 nanti masih mengambang secara konsep dan capaian. Untuk itu, ia menolak kurikulum baru ini jika harus dijalankan pada tahun depan.

"Sekarang, capaiannya secara konkret itu bagaimana. Semuanya ngambang di kurikulum baru ini," ujar Jeirry.

"Jadi, jangan tergesa-gesa dan dipaksakan karena ini penting. Ini menyangkut masa depan bangsa dan kualitas masyarakat untuk lima sampai lima belas tahun ke depan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com