Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Zamannya Menghafal Pelajaran

Kompas.com - 07/12/2012, 03:33 WIB

Perdebatan di Bentara Budaya Jakarta senapas dengan realitas di lapangan. Pada awal Desember 2012 ini ramai dibicarakan di media tentang defisit neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober 2012 yang defisit 1,55 miliar dollar Amerika Serikat. Inilah defisit bulanan terbesar sepanjang sejarah, salah satunya karena impor pesawat.

Persoalannya, relatif sulit membentuk generasi muda wirausaha di Indonesia dibanding di negara Asia lain karena lingkungan tidak mendukung. ”Maka, diperlukan intervensi lewat sekolah. Jadi, pendidikanlah yang dapat mengubah wajah Indonesia pada masa depan,” katanya.

Antonius Tanan mengharapkan, Kurikulum 2013 yang sedikit banyak memuat nilai entrepreneurship harus lebih ”dibungkus” dengan program yang mewujudkan nilai-nilai tersebut.

Agung Waluyo, Direktur Program UCEC, mengingatkan, sebaiknya tidak ada penyeragaman dalam pendidikan. ”Papua, misalnya, berbeda. Jadi, tidak dapat (kurikulumnya) disamakan dengan di Jawa,” ujarnya.

Sekolah berkarakter lain, seperti sekolah dengan latar belakang agama, juga masih diminati. Kurikulumnya nasional, tetapi dipadukan dengan nilai-nilai khusus.

Antonius Yanto, guru SD Ursula, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, menginformasikan, kapasitas sekolahnya selalu maksimal. ”Mengapa selalu diminati? Karena kami menawarkan kedisiplinan,” ujar Silviana, rekan guru lain. Meski menawarkan pendidikan berkarakter agama Katolik, nyatanya sekitar 20 persen pelajar non-Katolik. ”Di SMP Santa Ursula, porsinya bisa 50 persen non-Katolik,” tuturnya.

Disiplin juga merupakan salah satu alasan kuat mengapa General Manager Business Radio Sonora Wahyu Astuti menyekolahkan putrinya di SD Sang Timur di Tangerang, Banten. ”Disiplin tidak selalu berarti tak pernah telat, tetapi menghargai waktu dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Wahyu tidak menghiraukan stigma bahwa hanya pelajar di sekolah negeri yang nantinya dapat mengenyam pendidikan di universitas negeri terkemuka. ”Saya juga bukan lulusan universitas negeri top, tetapi dapat menyumbangkan kontribusi kerja yang baik. Ada pula nilai-nilai unggul yang dapat dipelajari dari sekolah swasta,” ujar Wahyu, lulusan Universitas Katolik Soegijapranata di Semarang.

Belajar lebih aktif

Di balik riuhnya kafe, restoran, dan pertokoan di Kemang, Jakarta, Sekolah Kembang juga menawarkan oase tersendiri bagi dunia pendidikan Indonesia. Sekolah yang mendorong anak- anak menjadi pembelajar sejati, tidak sekadar pelajar instan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau