JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi X DPR, Rohmani, prihatin atas publikasi "Trends in International Mathematics and Science Studies" (TIMSS) terkait urutan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII di Indonesia yang berada di bawah Palestina.
Dalam publikasi tersebut, katanya melalui pernyataan di Jakarta, Minggu (23/12/2012), Indonesia menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Ia menyatakan, yang membuat miris, Indonesia berada di bawah Palestina, negara yang didera konflik berkepanjangan.
"Sungguh kita prihatin melihat urutan Indonesia. Di bawah kita negara-negara, seperti Ghana, Suriah, dan Oman," kata legislator asal daerah pemilihan Brebes-Tegal itu.
Karena itu, kata dia, pemerintah harus menjadikan publikasi TIMSS ini sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pendidikan nasional. Ia berharap hasil publikasi ini mendorong pemerintah lebih cermat dalam memotret persoalan pendidikan nasional.
"Saat ini, pemerintah harus jeli melihat akar persoalan pendidikan nasional. Selama ini, akibat kesalahan mendefinisikan akar pendidikan menjadikan solusinya tidak bisa menjawab persolan yang ada," katanya.
Rohmani berpandangan episentrum perbaikan pendidikan nasional ada pada guru. Ia menilai, guru menjadi titik awal dalam menyelesaikan persoalan pendidikan. Faktanya, guru menjadi faktor utama dalam pembelajaran di sekolah.
Kondisi tersebut, kata dia, telah terbukti di negara-negara maju di mana guru menjadi perhatian utama mereka. "Guru-guru terbaik dipersiapkan untuk mendidik tunas muda bangsa mereka. Guru-guru tersebut direkrut dari lima lulusan terbaik dari perguruan tinggi," katanya.
Dia mengakui bahwa persoalan guru ini kompleks, mulai dari kesejahteraan hingga penyebaran kuantitas dan kualitas, di mana semua persoalan itu harus diuraikan satu per satu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.