Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus Penting

Kompas.com - 23/12/2012, 23:27 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Lita Widyo Hastuti mengatakan pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting diberikan secara dini.

"Ada mitos jika anak berkebutuhan khusus tidak memiliki dorongan seksual, dorongan seksual berlebihan atau justru aseksual. Padahal, faktanya tidak demikian," kata Lita Widyo Hastuti, di Semarang, Minggu (23/12/2012).

Hal itu diungkapkannya di sela seminar sehari bertema "Pendidikan Seks Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK); Mempersiapkan ABK Menghadapi Usia Puber" yang berlangsung di Hotel Siliwangi Semarang.

Menurut pengajar Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata itu, anak berkebutuhan khusus memiliki perkembangan dorongan seksual yang sama dengan anak lainnya, dan mereka justru mudah dimanipulasi.

"Mayoritas anak berkebutuhan khusus yang menjadi korban seksual, pelakunya justru orang-orang yang telah dikenal atau dipercaya. Mereka memang sangat rentan menjadi korban seksual," katanya.

Ia menyebutkan setidaknya 1.400 anak berkebutuhan khusus/tahun menjadi korban seksual di Inggris, dan anak berkebutuhan khusus perempuan di AS 1,5 kali lebih rentan jadi korban dibanding masyarakat umum.

Karena itu, ia mengingatkan pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus perlu diberikan untuk memberikan mereka pemahaman tentang seksual, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.

"Pendidikan seks secara formal dilakukan lewat sekolah, sementara nonformal merupakan tanggung jawab orang tua. Namun, harus dilakukan secara konkret, bertahap, dengan pengulangan, dan pengukuhan," katanya.

Ia mengakui pendidikan seks bukan sekadar menyangkut seksual, tetapi mencakup biologis, psikologis, sosial, serta spiritual, dan pada anak berkebutuhan khusus berbeda metodenya dengan anak-anak lainnya.

"Pahami bahwa seks adalah alamiah, berikan informasi yang jelas dan konkret. Bicarakan seawal mungkin, jangan tunggung remaja, misalnya kenalkan anatomi tubuh untuk membedakan yang bersifat pribadi," kata Lita.

Sementara itu, Direktur Pusat Riset Biomedik (Cebior) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Prof Sultana MH. Faradz mengatakan, anak berkebutuhan khusus bisa disebabkan faktor keturunan maupun tidak.

Ia mencontohkan penyebab anak "down syndrome" bisa terjadi karena penuaan sel telur yang dialami wanita di atas 35 tahun, keterlambatan pembuahan, atau penuaan spermatozoa akibat aktivitas senggama jarang.

Pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting, kata dia, khususnya yang mengalami gangguan perkembangan intelektual agar mereka tidak salah melangkah dan menjadi korban seksual.

"Sebaiknya dimulai sejak anak berusia tiga tahun, bisa dimulai pengenalan anatomi tubuh, perkembangbiakan mahluk hidup dengan menjadikan binatang sebagai contoh. Anak perempuan dipahamkan menstruasi," kata Sultana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com