Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran Bahasa Daerah Tidak Dihapus

Kompas.com - 04/01/2013, 02:56 WIB

Jakarta, kompas - Mata pelajaran bahasa daerah tidak akan dihapuskan dan akan tetap ada di dalam Kurikulum 2013 sebagai muatan lokal. Selain bahasa daerah, muatan lokal juga bisa diisi dengan materi kearifan lokal lain sesuai kebutuhan daerah atau sekolah masing-masing.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menegaskan hal itu, Kamis (3/1), di Jakarta. ”Tidak akan dihapus. Justru kita keliru kalau menghilangkan bahasa daerah atau kearifan lokal. Harus kita perkuat karena bahasa daerah itu bagian dari kekayaan kita,” ujarnya.

Menurut Mendikbud, dalam rancangan kurikulum yang baru pun terdapat mata pelajaran seni, budaya, dan prakarya dengan lama belajar empat jam per minggu. Sekolah juga dapat memanfaatkan mata pelajaran seni, budaya, dan prakarya ini untuk mengajarkan bahasa daerah. ”Yang jelas, bahasa daerah atau kelompok kearifan lokal tetap terbuka untuk dimasukkan ke dalam kurikulum,” kata Nuh.

Nuh mengatakan, anggapan mata pelajaran bahasa daerah dihapus karena kesalahpahaman informasi.

Pertanyakan masa depan

Sementara itu, sejumlah guru bahasa daerah masih belum mendapat informasi soal pengajaran bahasa daerah di Kurikulum 2013. Gandung Widaryatmo, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa SMA Kabupaten Karanganyar, mengatakan, guru-guru mengkhawatirkan hilang atau berkurangnya jam mengajar karena biasanya sudah ada guru kesenian. Padahal, guru yang telah mengantongi sertifikasi membutuhkan jam mengajar minimal untuk memperoleh tunjangan.

Hal lain yang mencemaskan, kini semakin banyak generasi muda yang tidak mengerti bahasa Jawa. ”Bahasa daerah tidak hanya mengajarkan seni berbahasa, tetapi juga nilai-nilai budi luhur,” kata Gandung.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Salatiga Susanto mengatakan, pihaknya belum tahu soal dihapusnya pelajaran bahasa daerah. ”Kami masih menunggu instruksi dari pusat,” tuturnya.

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Sunardi, mengatakan, bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, bisa menjadi tidak populer, bahkan ”asing”, di daerah asalnya.

Kepala SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Ika Asianingsih mengatakan, anak-anak kini semakin sering menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari dan meninggalkan bahasa daerah. ”Pelajaran Bahasa Jawa pun hanya dua jam per minggu,” ujarnya.

Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMP se-Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Eko Wahyudi mengatakan, dalam Kurikulum 2013, hanya ada satu muatan lokal, yakni prakarya, yang diajarkan empat jam seminggu. Padahal, banyak muatan lokal yang dibutuhkan, seperti bahasa Jawa, elektronik, seni ukir, dan membatik. (LUK/EKI/UTI/GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com