Ke Luar Negeri dan Tetap Cinta Indonesia

Kompas.com - 16/01/2013, 11:29 WIB
Soelastri Soekirno

Penulis

KOMPAS.com - Libur akhir tahun baru usai. Bolehlah kita saling berbagi cerita mengenai pengalaman liburan lalu. Pasti setiap orang punya pilihan sebagai tempat berlibur, baik di dalam maupun luar negeri.

egeri kita memiliki lebih dari 6.000 pulau, ratusan pantai, dan banyak gunung. Kondisi itu membuat Tanah Air menjadi tempat rekreasi yang punya pemandangan indah, baik di laut, gunung, bahkan sampai kawasan pedesaannya. Wisata kuliner dan aneka budayanya pun unik.

Banyak pilihan tujuan wisata di dalam negeri, sebut beberapa di antaranya Bandung, Yogyakarta, sampai Parapat, di tepi Danau Toba, Sumatera Utara.

Namun, ada pula sebagian dari kita yang lebih memilih berlibur ke luar negeri.

Ketika tujuan wisata di dalam negeri begitu melimpah, lalu apa yang mereka cari di luar negeri? Clara Margaretha Fitriani (19), yang baru menyelesaikan pendidikan tata rias artis di LaSalle College International, Jakarta, salah satu anak muda yang lebih memilih liburan ke luar negeri.

Namun, pilihannya itu bukan lantas berarti karena dia tak tahu tempat menarik di Tanah Air atau dia tak suka berlibur di dalam negeri. ”Aku pernah liburan sama keluarga keliling Jawa sampai Bali,” katanya.

Ia bahkan belajar membatik secara serius di Yogyakarta dan melihat berbagai museum. Retha, panggilannya, mengaku suka mempelajari hal-hal baru, seperti belajar membatik.

Akhir tahun lalu ia merayakan Natal di Vatikan bersama keluarga, lalu pergi ke beberapa negara di Eropa. Setelah lulus dari SMA Negeri 3 Jakarta, ia pernah belajar tentang tata rias artis di London, Inggris.

Pilihan Retha berlibur ke luar negeri berkait dengan hasratnya di dunia fashion. ”Aku tertarik fashion dan sejarah. Mungkin karena itu, aku jadi suka ke kota-kota di Eropa seperti London yang peran kerajaannya masih kuat. Kota-kota di Eropa umumnya punya banyak gedung bersejarah,” kata Retha yang suka melihat warga di berbagai negeri empat musim itu berjalan-jalan dengan memakai mantel dan sepatu bot.

Sementara buat Muna Fuadan, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, liburan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi seseorang yang selama beberapa waktu ”terpasung” dengan rutinitas pekerjaan atau tugas, termasuk mahasiswa.

”Liburan itu ibarat charger. Setelah otak kita digunakan terus-menerus dalam kurun waktu lama, ia kehabisan baterai (jenuh),” ujar Muna.

Namun, mengingat ia masih mahasiswa, Muna pun tahu diri untuk memilih rekreasi sesuai dengan isi dompet dan anggaran yang terbatas.

”Bagi mereka yang punya dompet tebal, enggak apa-apa

berlibur ke luar negeri. Tetapi buat kita yang punya anggaran sedang-sedang, ya liburan di sini (dalam negeri) saja,” katanya.

Bahkan, kata Muna, dia tetap bisa menikmati meskipun hanya menghabiskan waktu liburan di rumah. ”Ini kesempatan saya membuat puisi dan menulis novel.”

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau