Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 23/01/2013, 21:12 WIB
EditorBenny N Joewono

SEMARANG, KOMPAS.com - Universitas Diponegoro Semarang siap membangun fasilitas pengolahan sampah terpadu untuk mengelola limbah sampah yang selama ini terbuang percuma dan menjadi beban tempat pembuangan akhir.

"Pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) ini didukung Kementerian Lingkungan Hidup. Proposalnya segera dikirimkan karena sampah sangat mendesak diatasi," kata Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi di Semarang, Rabu (23/1/2013).

Hal itu diungkapkannya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Lingkungan Hidup dengan Universitas Diponegoro Semarang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Sudharto menyebutkan Undip saat ini memiliki setidaknya 1.792 dosen, karyawan sekitar 1.100 orang, belum termasuk mahasiswa yang jumlahnya mencapai 35 ribu orang sehingga sangat banyak sampah yang dihasilkan.

"Setiap orang setidaknya berkontribusi menghasilkan 2,5-3 liter sampah setiap hari. Bisa dibayangkan berapa sampah yang dihasilkan Undip dari orang sebanyak itu. Karena itu, TPST sangat mendesak dibangun," katanya.

Sampah yang selama ini terkumpul, kata dia, sebagian besar berupa kertas dan sedikit sampah organik. Nantinya, TPST akan mengolah sampah-sampah yang dikumpulkan dari berbagai fakultas, lembaga, dan unit-unit kerja Undip.

Sebelum sampah dikirimkan ke TPST, ia mengatakan setiap unit kerja Undip harus mengolah sampah tersebut dengan prinsip 3R, yakni "reduce", "reuse", dan "recycle" sehingga beban sampah mampu berkurang 30-35 persen.

"Jadi, tidak langsung ditampung di TPST. Masing-masing unit kerja Undip harus mengolah sampahnya lebih dulu karena pengelolaan harus dimulai dari hulu. Beberapa fakultas sudah memelopori langkah ini," katanya.

Ia menyebutkan TPST Undip rencananya dibangun di lahan kosong seluas 350 meter persegi yang letaknya berdekatan dengan kampus Politeknik Negeri Semarang dan pembangunannya diperkirakan menelan dana sekitar Rp 700 juta.

"Harapan kami, Kementerian LH bisa membantu pembangunan fasilitas pengolahan sampah ini. Sebab, keberadaan TPST ini menjadi salah satu langkah untuk mendukung pelestarian lingkungan dengan mengelola sampah," katanya.

Selain itu, kata dia, fasilitas TPST itu nantinya juga bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar, yakni di kawasan Tembalang Semarang sehingga membantu mengurangi beban sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.

"Kami sudah membentuk kelompok masyarakat Cinta Bunga di kawasan Tembalang Semarang. Untuk menyadarkan perlunya mengelola sampah secara baik, salah satunya membagikan komposter (pengurai sampah)," kata Sudharto.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+