JAKARTA, KOMPAS.com - Ada pergantian kurikulum atau tidak, harga buku yang digunakan oleh siswa tetap saja bertambah mahal tiap tahun ajaran. Tingginya harga buku siswa ini diduga dikarenakan proses tata niaga berlapis dari penerbit hingga ke tangan siswa.
Direktur Politeknik Media Kreatif Jakarta, Bambang Wasito Adi, mengatakan bahwa saat ini harga buku untuk siswa terus melambung. Dengan adanya perubahan kurikulum baru ini, hal tersebut akan semakin dikhawatirkan oleh para orang tua siswa karena mau tidak mau harus membeli buku baru sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
"Sekarang buku masih mahal. Padahal sebenarnya buku bisa murah. Pemerintah harus bekerja untuk ini," kata Bambang saat Rapat Dengar Pendapat Umum di Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Jakarta, Senin (28/1/2013).
Permasalahan tingginya harga buku saat ini, lanjutnya, disebabkan tata niaga yang berlapis sehingga keuntungan yang diambil dari sebuah buku pelajaran siswa tersebut juga berlipat ganda dan ujungnya berakibat harga buku melambung cukup tinggi seperti yang terjadi selama ini.
"Yang membuat mahal, saya kira di luar aspek produksi. Biasanya terkait dengan tata niaganya. Ini yang harus dihapus," ujar Bambang. "Saran saya ini harus diintervensi pemerintah. Pencetakannya boleh oleh swasta tapi tata niaga ini harus diatur. Jangan seperti sekarang, turun ke penerbit kemudian dijual sekolah atau guru. Tiap bagian ambil untung, itu membuat mahal," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.