Kurikulum Baru, Program "Master Teacher" Dinilai Tak Efektif

Kompas.com - 29/01/2013, 11:55 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelatihan guru dengan metode master teacher untuk mempersiapkan guru dalam menerapkan kurikulum baru pada Juli mendatang kembali menuai kritik. Hal tersebut dinilai tidak akan efektif dan rentan gagal sehingga berimbas pada penerapan kurikulum baru.

Rektor Universitas Negeri Surabaya Muchlas Samani mengatakan bahwa pelatihan guru secara massal dengan hanya datang ke sebuah seminar saja tidak akan cukup. Bahkan, dikhawatirkan ilmu dari seminar tersebut tidak terserap dengan baik sehingga saat disampaikan pada guru lain justru tidak sesuai dengan harapan.

"Guru kita itu jarang yang diberi cerita atau pidato terus paham. Misal ada 100 guru yang ikut, paling hanya 16 atau 20 yang paham. Padahal, mereka harus meneruskan ke guru lain lagi, sulit pasti," kata Muchlas saat Rapat Dengar Pendapat di Ruang Rapat Komisi X DPR, Jakarta, Senin (28/1/2013).

"Jadi daripada dipanggil rame-rame ke LPMP, profesornya pidato tapi terus lupa semua. Lebih baik langsung ke lapangan," kata Muchlas. Ia mengusulkan agar guru-guru tersebut bergilir diundang ke sekolah yang bagus dengan durasi selama dua hari. Kemudian guru diminta melakukan observasi dan berdialog langsung dengan guru sekolah tersebut.

Selanjutnya, para guru yang tengah dilatih ini diminta membuat rencana pengajaran sesuai dengan pengalaman yang diperoleh selama dua hari tersebut. "Untuk melihat dan mengevaluasi rencana pengajarannya, guru-guru ini akan didampingi. Saya rasa ini lebih efektif karena guru merasakan dan mengalami langsung," kata Muchlas.

Ia juga menegaskan bahwa pelatihan guru tidak bisa dilakukan secara instan hanya dalam hitungan bulan. Menurut dia, pelatihan guru yang baik semestinya dijalankan selama dua tahun. "Pelatihan guru itu minimal dua tahun. Kemudian bukan pelatihan rame-rame begitu. Lebih ke observasi langsung. Orang lebih cepat paham kalau praktik dan merasakan sendiri," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rochmat Wahab. Ia menilai pelatihan guru yang direncanakan masing-masing selama 52 jam pertemuan, baik untuk guru inti, kepala sekolah, guru, maupun pengawas, itu tidak akan bisa menuai hasil yang optimal.

"Sebanyak 52 jam pertemuan itu nggak bisa, apalagi untuk mengubah mindset dan perilaku guru," ujar Rochmat. "Kecuali jika itu tidak dilakukan dalam jumlah massal karena dapat dikendalikan. Tapi jika dalam jumlah massal hingga ratusan ribu, takutnya malah tidak optimal," ujar Rochmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau