Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beasiswa Bagi Guru di Komunitas Adat Terpencil

Kompas.com - 18/02/2013, 06:25 WIB
Luki Aulia

Penulis

BULUNGAN, KOMPAS.com - Untuk memberdayakan komunitas adat terpencil atau KAT, Pemerintah Kabupaten Bulungan memberikan beasiswa pendidikan selama empat tahun kepada guru-guru hasil rekrutmen dari komunitas setempat yang belum berijazah Strata 1. Selesai pendidikan, guru-guru khusus untuk jenjang sekolah dasar itu harus kembali mengajar di komunitas asalnya masing-masing.

Hal itu dikemukakan Bupati Bulungan Budiman Arifin di sela-sela kunjungan kerja Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Minggu (17/2/2013), di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. "Guru yang direkrut dari komunitas adat setempat sudah terbiasa dengan kondisi geografis dan adat istiadat setempat. Kalau ambil guru dari luar, banyak yang tidak tahan dan pulang," kata Budiman.

Program beasiswa bagi guru rekrutmen lokal sudah dilakukan sejak tahun 2004 dan telah menghasilkan sedikitnya 400 guru. Untuk memperluas akses pendidikan hingga jenjang pendidikan menengah, lanjut Budiman, pihaknya juga sudah membuka SMA di 10 kecamatan yang ada di Bulungan. "Karena sudah lengkap fasilitas dari sisi pendidikannya, sebenarnya sudah tidak ada lagi yang namanya komunitas adat terpencil," ujarnya.

Dalam kunjungan kerjanya ke Kalimantan Timur, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri memberikan bantuan pakaian seragam sekolah SD, SMP, dan SMA kepada 185 anak masing-masing Rp 150.000 per paket dengan total nilai Rp 27,75 juta. Bantuan itu diberikan ke KAT di Kabupaten Nunukan dan Tetaban. "Bantuan ini hanya stimulan karena yang penting peran daerah meningkatkan kondisi yang sudah dicapai KAT," kata Salim.

Menurut Budiman, pola pikir dan kehidupan masyarakat KAT sudah mulai berubah. Paling tidak mereka sudah mulai mau menetap dan tidak hidup berpindah-pindah. Keinginan untuk menetap itu antara lain karena ada jaminan fasilitas pendidikan dan kesehatan. "Mereka sudah tidak terpencil lagi karena sudah dapat akses jalan dan informasi," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com