Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2013, 09:46 WIB

KOMPAS.com - Setiap pagi Iwen (45) mesti menelan 12 pil yang termasuk dalam paket antipenuaan dari suatu produk suplemen asal Amerika Serikat. Untuk suplemen yang ia konsumsi bersama istrinya itu, ia harus merogoh kocek hampir Rp 5 juta setiap bulan.

Karyawan sebuah perusahaan swasta ini tertarik mengonsumsi suplemen antipenuaan karena ajakan teman-teman sekantornya yang sudah lebih dulu menggunakan. ”Perkara rambut rontok dan putih berkurang, kulit lebih halus, itu semua bonus buat saya. Yang lebih penting, organ dalam tubuh bisa lebih muda,” ujar Iwen.

Ia menyimpulkan, manfaat peremajaan organ dalam tubuh itu menyeluruh. ”Saya enggak mau cuma kelihatan muda, tetapi di luarnya saja,” kata Iwen yang tak meminati perawatan antipenuaan dengan suntikan karena memang sangat enggan disuntik.

Sejauh ini antioksidan terbukti bagus untuk merawat kesehatan. Namun, tetap ada aturan dosis, pemilihan antioksidan yang tepat, serta kebutuhannya.

”Di Amerika, suplemen tidak mesti melalui persetujuan FDA. Masyarakat dianggap cerdas untuk memilih. Akhirnya, terjadi seleksi dengan sendirinya. Antioksidan yang tidak bermanfaat tidak akan laku. Karena tidak perlu persetujuan FDA, banyak pengusaha yang tertarik dan menganggap ini peluang bisnis. Sebagian produk-produk itu masuk juga ke Indonesia,” ujar Wimpie Pangkahila, yang mendalami kedokteran antipenuaan di Universitas Udayana, Denpasar, sejak tahun 2007.

Terapi sulih hormon juga kerap diberlakukan dalam perawatan antipenuaan. Wimpie mencontohkan, salah satu tanda penuaan adalah turunnya hormon-hormon dalam tubuh. Karena itu, terapi antipenuaan sering kali berupaya menghambat penurunan hormon tersebut. Ada kalanya terapi justru dilakukan dengan pemberian hormon, misalnya hormon seksual.

”Salah satu indikator penuaan adalah penurunan fungsi seksual. Ada ribuan data dalam tiga tahun terakhir yang menyatakan, setelah terjadi disfungsi ereksi pertama kali, akan diikuti serangan jantung,” ujarnya.

Pemberian hormon harus kepada kandidat yang tepat dan ada aturannya karena hormon termasuk golongan obat keras. ”Bayangkan, sekarang di tempat fitness saja terkadang ada suntikan hormon,” ujarnya.

Seperti juga dikatakan dokter yang membuka klinik praktik antipenuaan, Deby Vinsky, ketidakseimbangan hormon tak jarang memengaruhi perilaku seseorang seiring bertambahnya usia. Seseorang menjadi lebih sensitif, mudah marah, dan ketus.

”Karakter menjadi menyebalkan, sulit mengambil keputusan, dan gamang. Padahal boleh jadi bukan karena karakter asli orang itu, melainkan hormon yang tak seimbang karena bertambah tua,” ujar Deby berkelakar. (INE/WKM/SF)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com