Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibangun 113 Politeknik Negeri

Kompas.com - 25/02/2013, 12:58 WIB
Siwi Yunita Cahyaningrum, Winarto Herusansono, Luki Aulia

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan membangun 113 politeknik negeri di sejumlah wilayah Indonesia sampai 2014. Selain membangun politeknik baru, sebagian di antaranya mengubah status politeknik swasta menjadi politeknik negeri.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, saat ini politeknik yang dinegerikan ada tiga, yakni Politeknik Banyuwangi di Jawa Timur, Politeknik Sampang di Pulau Madura, dan Politeknik Sambas di Kalimantan Barat.

”Politeknik lainnya akan dibangun bertahap,” kata Mohammad Nuh saat meresmikan Politeknik Banyuwangi di Banyuwangi, Sabtu (23/2).

Pembangunan politeknik ini, kata Nuh, karena kebutuhan tenaga terampil dan terdidik diperkirakan akan terus meningkat pesat hingga 2030, dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan sekitar 113 juta orang.

”Karena itu, selain membangun politeknik baru, keberadaan sekolah menengah kejuruan juga diperkuat,” tambah Nuh.

Pada kesempatan itu, Nuh juga menyosialisasikan Kurikulum 2013 dan berbagai kebijakan di bidang pendidikan. Sosialisasi dilakukan di Banyuwangi dan sebelumnya di IKIP PGRI Semarang yang dihadiri ribuan guru.

Langsung ke guru

Nuh mengatakan, sebelumnya uang tunjangan profesi untuk guru yang sudah lolos sertifikasi ditransfer ke daerah lalu diteruskan ke guru. Namun, prosedur seperti ini dalam praktiknya banyak mendapat keluhan dari guru karena pencairan dana sering terlambat dan dipotong dengan berbagai dalih oleh birokrat di daerah.

”Padahal, pengiriman dana dari Kementerian Keuangan selalu tepat waktu, sesuai jadwal,” kata Nuh.

Oleh karena itulah, kata Nuh, mulai 2013, tunjangan profesi guru tidak lagi melalui pemerintah kabupaten/kota, tetapi langsung ke rekening guru.

Menyangkut Kurikulum 2013, Nuh mengatakan, tidak berbeda jauh dengan kurikulum sebelumnya, tetapi beban guru dan siswa dikurangi. ”Jika sebelumnya murid belajar apa? Maka dengan kurikulum baru, pertanyaannya menjadi, murid harus mampu apa setelah lulus?” kata Nuh.

Berdasarkan itu kemudian pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan. ”Guru juga tidak lagi disibukkan dengan menyusun silabus pembelajaran, tetapi menyiapkan materi pelajaran terbaik untuk siswanya,” kata Nuh. (NIT/WHO/LUK)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com