Mendikbud Sampaikan 3 Strategi Majukan Pendidikan

Kompas.com - 01/03/2013, 14:31 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan anggaran pendidikan yang cukup besar pada tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan tiga strategi untuk memajukan pendidikan bangsa. Strategi-strategi ini diharapkan dapat menekan angka kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan ketersediaan tenaga kerja terampil.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa tantangan dunia pendidikan ke depan semakin besar. Salah satunya adalah kebutuhan tenaga kerja terampil yang terus bertambah tiap tahunnya. Pada tahun lalu saja, kebutuhan tenaga kerja terampil di Indonesia mencapai 55 juta.

"Pada tahun 2030 diperkirakan naik sampai 113 juta. Untuk itu, pemerintah telah memfomulasikan sejumlah kebijakan strategis untuk menjawab tantangan ini," kata Nuh di Jakarta, Jumat (1/3/2013).

Strategi pertama adalah meningkatkan wajib belajar dari sembilan tahun menjadi 12 tahun melalui pendidikan menengah universal. Target dari program ini adalah meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) sekolah menengah menjadi tidak kurang dari 97 persen.

"Selama ini trennya selalu menurun lulusan SMP lanjut ke SMA. Sekarang diupayakan tidak ada lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke SMA," jelas Nuh.

Strategi kedua adalah meningkatkan akses ke pendidikan tinggi yang mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam undang-undang itu disebutkan pemerintah wajib menyelenggarakan sedikitnya satu akademi komunitas di setiap kabupaten dan setidaknya ada satu universitas dan politeknik di tiap provinsi.

"Kemudian menyediakan BOPTN untuk mengurangi beban mahasiswa dan tetap memberi kuota 20 persen bagi mahasiswa tidak mampu. Karena pendidikan tinggi harus bisa dinikmati semua kalangan," ungkap Nuh.

Strategi ketiga adalah merevisi kurikulum untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Kurikulum baru ini disusun untuk menyiapkan peserta didik menguasai keterampilan di abad 21 yang mengedepankan kreativitas dan keberanian melakukan inovasi.

"Di kurikulum baru ini, siswa harus aktif terlibat dalam mengamati, bertanya, mengasosiasikan, dan melakukan eksperimen. Harapannya siswa dapat mengasah kreativitasnya," tandasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau