Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angin Kencang Ganggu Pemantauan

Kompas.com - 02/03/2013, 03:06 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Angin kencang yang bertiup di kawah Gunung Tangkubanparahu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengganggu tim peneliti dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk mengetahui secara pasti kondisi di wilayah itu. Saat ini, status belum diturunkan dari Waspada dan rekomendasi mereka mengenai radius 1,5 kilometer dari Kawah Ratu belum diubah.

Dikatakan Kepala PVMBG Surono, angin kencang membuyarkan konsentrasi gas yang keluar dari kawah sehingga sulit diukur pasti. Kesempatan yang datang pada Kamis (28/2) menghasilkan data konsentrasi gas sulfur monoksida 2-3 ton per hari. Data itu pun belum bisa akurat 100 persen karena sebagian masih terbawa angin. Angka ini tidak signifikan bila dibandingkan saat erupsi Gunung Merapi dengan konsentrasi 150 kiloton per hari.

”Pemantauan seismik juga penuh gangguan. Pepohonan yang bergoyang karena tertiup angin menyebabkan akar di dalam tanah ikut bergerak dan memengaruhi sensor,” katanya, di Bandung, Jumat.

Tiupan angin yang sempat mereda pada Kamis malam terungkap data gerakan tanah berupa dua kali tremor beramplitudo 4 milimeter pada pukul 18.00-24.00 dengan durasi 3-4 menit. Kondisi itu jauh lebih ringan dibandingkan hari pertama dengan amplitudo 25 milimeter. Surono bahkan menyebut Gunung Tangkubanparahu tidak ideal untuk pemantauan.

Dengan keterbatasan ini, PVMBG mempertahankan status gunung jadi Waspada dan merekomendasikan radius 1,5 km dari Kawah Ratu untuk tidak didekati. Keputusan itu memaksa PT Graha Rani Putra Persada selaku pengelola Taman Wisata Alam Tangkubanparahu menutup obyek wisata ini dari turis.

Menurut Surono, Gunung Tangkubanparahu dengan 10 kawah yang dimilikinya sebaiknya tetap diwaspadai. Keberadaan kawah-kawah itu bisa menandakan sejarah letusan dahsyat, seperti tahun 1829 erupsi abu dan batu dari Kawah Ratu dan Kawah Domas, tahun 1846 kembali erupsi dengan peningkatan. Sesudahnya hingga 2004, letusan di Gunung Tangkubanparahu rata-rata berupa freatik. ”Kalau punya sejarah letusan besar, ada kecenderungan untuk terulang kembali,” kata Surono.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat Maman Sulaiman mengaku masih menyusun data posko dan warga yang harus diungsikan jika keadaan terburuk. Dari lima desa masuk zona bahaya, yakni Cikole, Cibogo, Cikahuripan, Sukajaya, dan Jayagiri, terdapat 14.300 jiwa yang harus diungsikan. ”Kami sudah memilah antara anak kecil, orang lanjut usia, hingga menentukan titik pengungsian warga,” kata Maman. (eld)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com