Narkoba, Sekali Coba Tersiksa Selamanya

Kompas.com - 05/03/2013, 15:59 WIB
Soelastri Soekirno

Penulis

KOMPAS.com - Berbicara tentang narkoba ada istilah yang ditujukan bagi pemakainya. Mereka adalah orang sehat yang mencari sakit. Mengapa? Sebab, tanpa narkoba tubuh kita akan baik-baik saja alias sehat. Akan tetapi, dengan mengonsumsi narkoba, pada titik tertentu orang akan mengalami sakau. Itu istilah yang ditujukan saat tubuh sedang ketagihan dan membutuhkan narkoba sebagai obat sakau.

pa yang terasa saat seseorang tengah sakau? Mengutip keterangan para bekas pencandu narkoba, dokter Aisah Dahlan, Kepala Unit Narkoba Rumah Sakit Bhayangkara Sespimma, Jakarta, melukiskannya bak ujung kuku yang dicabut satu per satu, luar biasa sakit.

Mengerikan, tetapi itulah yang mereka rasakan. Tak heran jika ketika sakau datang, pencandu narkoba memukul kepala atau membenturkan ke tembok agar rasa sakit berkurang.

Bahkan, jika sedang tak dalam pengobatan, mereka akan berusaha mencari narkoba dengan cara apa pun. Berbohong atau mencuri menjadi halal buat mereka asal ada narkoba yang segera bisa masuk ke tubuh untuk meredakan rasa sakit.

Karena efek kerusakan yang ditimbulkan bagi jasmani dan rohani pemakainya sangat besar, sebaiknya setiap orang mengenali apa itu narkoba. Kalangan medis menguraikannya sebagai narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Aisah menjelaskan ketiganya sama-sama mengandung zat adiktif yang cepat atau lambat akan memunculkan ketergantungan pada si pemakai. Celakanya, zat adiktif itu akan berdampak terhadap kesehatan, mental, dan ekonomi seseorang.

”Zat itu menyerang otak, membuat cara berpikir kita terganggu yang akhirnya berefek pada gangguan perasaan, emosi, dan perilaku atau kebiasaan hidup kita,” tutur Aisah.

Menurut dokter yang kerap merawat pasien ketergantungan narkoba dan mendampingi mereka saat pemulihan itu, bisa dikatakan percuma jika kita mengingatkan mereka yang sudah mengonsumsi narkoba. ”Mereka (pemakai narkoba) enggak bisa lagi dinasihati,” kata Aisah.

Nikmat sekejap

Narkoba memiliki tiga efek. Pertama, depresan. Zat ini ada pada heroin. Penderitanya tampak malas dan cenderung mengantuk. Kedua, memberi stimulan yang efeknya pada tubuh adalah selalu lapar, selalu punya energi (tak terasa capek), dan tahan begadang. Zat ini ada pada sabu, ekstasi, dan cathinone.

Terakhir, narkoba memiliki efek halusinogen. Ini antara lain terdapat pada ganja. Pengguna zat ini menjadi kerap berhalusinasi.

Sekalipun efek narkoba bisa berbeda-beda, masa ”on” atau ”fly” pada orang yang mengonsumsi narkoba relatif tidak lama, 10-30 menit. Setelah masa ”nikmat” itu habis, tubuh pengguna mulai kesakitan. Artinya, dia sudah ketagihan zat tersebut.

Aisah mengingatkan, tak peduli masih dalam taraf mencoba atau sudah menjadi pemakai, siapa pun yang pernah memakai narkoba saraf otaknya sudah terganggu. Tubuh mereka akan terus mencari barang tersebut. ”Oleh karena itu, segala cara akan mereka tempuh asal mendapat narkoba,” tutur Aisah.

Cara yang biasa digunakan pemakai narkoba antara lain dengan membohongi orangtua agar bisa mendapatkan tambahan uang. Mereka beralasan untuk keperluan kuliah, padahal demi mendapatkan narkoba. Ketika orangtua tahu si anak memakai narkoba dan tak lagi memberi mereka uang, si anak mulai mencuri.

”Buat dia (pemakai), uang harus ada untuk membeli narkoba sebab tubuhnya menuntut itu,” ujar Aisah yang juga Ketua Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, lembaga yang membina bekas pencandu narkoba.

Sifat jahat narkoba adalah ketika orang mengalami ketergantungan, dosisnya akan terus bertambah. Jika biasanya orang itu cukup mengonsumsi ganja seberat 5 gram, misalnya, tahap berikutnya tubuh tak akan bereaksi saat hanya mendapat pasokan 5 gram. Dia butuh dosis lebih tinggi supaya bisa berhalusinasi atau ”on” terus.

Jika sudah kena narkoba, seseorang akan membutuhkan waktu lama untuk melepaskan diri dari ketergantungan zat itu.

”Butuh waktu bertahun-tahun dan jika sudah bersih pun, besar kemungkinan suatu kali dia memakai (narkoba) lagi. Di sini peran keluarga sangat besar karena orang itu harus terus diawasi dan diajak berkomunikasi,” kata Aisah.

Dia menambahkan, agar pengobatan berjalan efektif, orang yang tengah berobat sebaiknya tidak beraktivitas seperti sebelumnya. Misalnya mahasiswa, sebaiknya tidak kuliah selama dalam pengobatan.

Menolak tawaran

Efek penyalahgunaan narkoba bisa amat menakutkan. Padahal mahasiswa juga menjadi salah satu kalangan yang disasar para penjual narkoba. Tak hanya di Jakarta, mahasiswa kota lain, seperti Surabaya dan Medan, kerap mendapat tawaran berkenalan dan mencicipi narkoba.

”Saya punya teman banyak. Saat nongkrong, ada saja teman yang menawari rokok ’khusus’,” tutur seorang mahasiswa perguruan tinggi di Surabaya.

Rokok ”khusus” yang dimaksudkan itu adalah pil ekstasi yang telah digerus, lalu dimasukkan dalam tembakau dan dilinting lagi menjadi rokok. Menurut dia, rokok ”khusus” itu membuat tubuh selalu merasa bugar meski begadang semalaman.

Ketika temannya menawari untuk mencicipi, dia tegas menolak. Namun, beberapa kawannya yang semula penasaran mau mencoba. ”Mereka mau mencoba karena sungkan kepada kawan lama yang menawari barang itu. Ada juga teman yang mengatakan jika mencoba sekali, tidak akan membuat ketagihan,” kata mahasiswa tersebut.

Namun, nyatanya, meski baru sekali, tubuh akan meminta lagi barang itu. Artinya, jangan pernah mau mencoba narkoba!

Dia pun tetap bersikukuh tidak mau mencoba rokok tersebut. Selain karena menganggap tak ada positifnya mengonsumsi narkoba, dia juga melihat bagaimana teman yang biasa memakai narkoba justru menjadi linglung.

Seorang mahasiswa di Medan menyatakan, ada saja mahasiswa yang menawari ganja, baik kepada mahasiswa maupun mahasiswi. Menurut dia, mahasiswi biasanya lebih tegas menolak.

”Saya mencoba mengenali diri sehingga memunculkan rasa sayang kepada diri sendiri. Sayang jika saya merusak masa depan diri sendiri,” kata seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Medan.

Mencintai diri sendiri berarti kita memperlakukan tubuh dan mental dengan baik. Inilah benteng pertahanan terbaik kita. Mencintai diri sendiri membuat kita dengan tegas tak akan merusaknya dengan narkoba.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau