SURABAYA, KOMPAS
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jawa Timur Muthowif, Minggu (10/3), di Surabaya, mengatakan, setiap Sabtu sejumlah kendaraan mengangkut sapi dengan berat di bawah 400 kilogram dari pasar hewan di Probolinggo, Tuban, dan Pulau Madura. Sapi itu dibawa ke luar Jatim, padahal pedagang semakin sulit memperoleh sapi dari pasar hewan.
”Perdagangan sapi dari NTT sebenarnya tak mengganggu distribusi sapi. Namun, saat pasokan dari NTT ke pasar Jakarta dan Jawa Barat terkendala, otomatis pedagang mencari sapi di Jatim. Akibatnya, pasokan untuk pasar lokal berkurang,” ujarnya.
Apalagi, tambah Muthowif, dengan aturan bongkar muat hewan ternak yang baru dikeluarkan Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak I Nyoman Gde Saputra pada Februari lalu. Dikhawatirkan aturan itu membuat pedagang Jakarta dan Jabar datang ke Jatim.
Namun, Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyono menepis hal itu. Menurut dia, surat edaran itu berkaitan dengan rencana pemerintah menyediakan kapal khusus ternak. ”Sapi yang masuk lewat Tanjung Perak bukan untuk konsumsi Jatim, melainkan untuk daerah lain,” katanya.
Ketua Forum Peternak Sapi Jawa Timur Arum Sabil juga tak khawatir. ”Kapal yang mengangkut sapi dari NTT sebenarnya hanya bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak. Setiap kapal bisa mengangkut 100-200 sapi untuk memenuhi kebutuhan dua provinsi itu. Di Surabaya hanya transit dan tak akan ada sapi meluber ke pasar lokal,” ujarnya.
Sabil menambahkan, pedagang juga tak perlu khawatir jika sapi tak tersedia di pasar hewan di kabupaten/kota di Jatim.
Sementara itu, di Batam, Kepulauan Riau, harga aneka bahan pangan naik lebih dari 30 persen selama tiga bulan terakhir. Warga mendesak pemerintah mengendalikan harga.
Pedagang makanan di kawasan Jodoh, Hasman (35), mengatakan, modal berjualan semakin membengkak karena harga terus merangkak naik sejak akhir tahun lalu.