Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurikulum Bahasa Indonesia

Kompas.com - 20/03/2013, 02:14 WIB

Uraian ”pokok bahasan” pada Kurikulum 1984 diperbaiki dan ditata kembali ke dalam kategori yang disebut ”butir pemelajaran” dalam Kurikulum 1994, yang berisi, misalnya, ”merangkum informasi dari pelbagai sumber”, ”menyarikan isi bacaan”, ”membedakan antara fakta dan pendapat”, ”menemukan informasi yang tersirat dalam teks”. Pada tahap berikutnya, bagian ini dirapikan, diperjelas, dipertajam, kemudian ditampung dalam kategori baru: ”kompetensi dasar” (KD) pada Kurikulum 2004. Pada kurikulum ini dibuat kategori lain yang disusun berdasarkan KD dan disebut ”indikator”.

Bagaimana tata bahasa, kosakata, dan teks ditangani? Itu semua tidak ditata atau ditampilkan sebagai butir-butir KD. Sebab, mengajar Bahasa Indonesia—menurut Kurikulum 2004—bukan mengajar bahan (materi) atau isi (konten) yang dapat dipakai guru ”menjelaskan sesuatu”. KD bukan bahan untuk dijelaskan, melainkan untuk ”diterjemahkan” oleh guru ke dalam sejumlah kegiatan berbahasa di kelas.

Ini mengikuti prinsip dasar Kurikulum 1994: tantangan guru bahasa bukan menjelaskan, melainkan melatihkan sesuatu dan melibatkan siswa dalam kegiatan berbahasa. Tata bahasa, kosakata, dan berbagai teks akan muncul dengan sendirinya pada proses kegiatan berbahasa. Kalau guru yang mengajar bahasa diibaratkan seseorang yang berhadapan dengan ”gunung es”, guru yang ”menjelaskan sesuatu” itu berurusan dengan apa yang kelihatan pada permukaan gunung es, sedangkan guru yang ”melibatkan siswa dalam kegiatan berbahasa” menangani yang ada di dalam dan di dasar gunung es.

Langkah mundur

Bagaimana dengan Kurikulum 2013 (Bahasa Indonesia)? Pendekatan yang ditetapkan (Kompas, 16 dan 18 Februari 2013) disebut ”pendekatan berbasis genre”. Kompetensi dasar ditata dengan setiap kali dikaitkan pada jenis-jenis teks (genre). Jenis teks berbagai macam, antara lain, teks laporan informatif, laporan hasil pengamatan, laporan buku, teks naratif, deskriptif, eksplanasi, dan eksemplum. Ini membuka peluang membalikhaluankan guru kembali menggunakan ”pendekatan struktural”, praktik 30 tahun lalu. Selain banyak penamaan jenis-jenis teks pada Kurikulum 2013, dijumpai juga sejumlah istilah tata bahasa, kosakata, apalagi banyak di antaranya berupa istilah baru yang belum lazim beredar di kalangan guru.

Mengapa pendekatan berbasis genre langkah mundur? Mari cermati pendekatan genre yang diterapkan pada Kurikulum 2013: siswa dibekali dengan pengetahuan tentang jenis-jenis teks. Salah satu KD pada kelas IX: ”memahami teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik melalui lisan maupun tulisan”; lalu ”membedakan teks eksemplum, dst”; ”mengklasifikasi teks ...”; kemudian ”mengidentifikasi teks ...”.

Maka, miriplah Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 1975: seperti halnya Kurikulum 1975 menyajikan butir-butir tata bahasa, Kurikulum 2013 menyodorkan jenis-jenis teks. Kelas Bahasa Indonesia kembali berurusan dengan hafal-menghafal. Pengajaran bahasa pun kembali berurusan dengan yang terdapat pada permukaan ”gunung es”.

Perjalanan yang panjang telah dirintis sejak diberlakukannya Kurikulum 1994 untuk menuangkan dan menjelaskan apa yang ada di dalam ”gunung es” itu ke dalam kurikulum. Sebuah perjalanan panjang untuk setiap kali merapikan dan mempertajam hasil menggali gunung es itu dari Kurikulum 1994 ke kurikulum berikutnya. Sebuah perjalanan yang panjang bagi guru Bahasa Indonesia untuk berjuang melepaskan diri dari belenggu ”pendekatan struktural”: dari urusan hafal-menghafal menuju ke praktik pengajaran bahasa yang mengandalkan daya kreatif, daya imajinatif, daya nalar, dan daya kritis siswa.

Kini, dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, guru Bahasa Indonesia dikondisikan untuk berputar haluan kembali ke praktik mengajar masa 30 tahun lalu.

Bambang Kaswanti Purwo Pemerhati Pengajaran Bahasa Indonesia FKIP Unika Atma Jaya, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com