Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah Pelosok Semangat Kurangi Angka Putus Sekolah

Kompas.com - 21/03/2013, 09:27 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Program kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Bank Dunia yang bertajuk Basic Education Capacity Trust Fund (BEC-TF) ini mendorong semangat pemerintah daerah di pelosok untuk mengurangi angka anak putus sekolah. Sejumlah kabupaten/kota, seperti Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dan Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah, bertekad melanjutkan upaya tersebut karena memperoleh pencerahan dari program ini.

Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Polewali Mandar, Yohanes Piterson, mengatakan bahwa pihaknya belajar untuk aktif menggunakan data yang masuk dari sekolah-sekolah di kabupaten tersebut, salah satunya data mengenai anak-anak yang putus sekolah.

"Selama ini kami hanya menerima dan mengumpul data saja. Tidak tahu tindak lanjutnya mau bagaimana. Tapi dari program ini ada pencerahan," kata Piterson saat diskusi di Crowne Plaza Ballroom, Jakarta, Rabu (20/3/2013).

Dari program ini, pihaknya mulai tergerak untuk mengajak serta masyarakat dalam memeriksa data di lapangan untuk menjamin kepastian dari anak-anak usia sekolah mendapat layanan pendidikan yang optimal. Dengan mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi, data yang berasal dari sekolah tersebut dapat ditelusuri.

"Dari info masyarakat tersebut, kami tahu rumah si anak sehingga bisa sekaligus mengetahui kenapa putus sekolah," jelas Piterson.

Upaya pemerintah kabupaten ini ternyata diapresiasi juga oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono sehingga beberapa waktu lalu diresmikan Gerakan Pengembalian Anak Sekolah yang akan berdampak pada penerapan program Wajib Belajar 12 tahun.

"Resmi sudah ada gerakannya. Sampai 2012 lalu, kami berhasil mengembalikan 2.016 anak untuk bersekolah. Harapannya gerakan ini bisa diikuti oleh kota lain," ungkap Piterson.

Tidak jauh berbeda, Manajer BOS Kota Waringin Timur, Marzuki, juga mengungkapkan bahwa program yang pendanaannya dibiayai Pemerintah Kerajaan Belanda dan Komisi Eropa ini digunakan olehnya sebagai alat untuk mengentaskan anak-anak miskin yang putus sekolah. Dengan demikian, tidak ada cerita siswa putus sekolah karena tidak ada biaya.

"Kami berusaha menyubsidi mereka khususnya untuk transportasi. Karena biaya transportasi di tempat kami sangat mahal mengingat tidak adanya angkutan umum," jelas Marzuki.

"Tidak hanya itu, kami juga beri bantuan seragam lengkap, sepatu dan tas untuk anak-anak tersebut," tandasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com