JAKARTA, KOMPAS.com — Komunitas Katolik Protestan Peduli Pendidikan Indonesia (K2P3I) menganggap Kurikulum 2013 hanya akan menghasilkan generasi yang rapuh.
Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Mardiatmadja, mengatakan bahwa kurikulum yang akan dijadikan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini akan membuat guru sulit berkembang dan hanya menghafal materi yang berasal dari buku babon. Sementara tujuan agar siswa menjadi anak yang kreatif pun susah dicapai.
"Guru memang dimudahkan, tapi apa lalu selesai di situ? Tentu tidak. Satu guru dengan guru yang lain itu berbeda, satu kelas dengan kelas yang lain itu berbeda. Tidak bisa diseragamkan begitu saja," kata Mardi saat jumpa pers tentang Penundaan Kurikulum 2013 di KWI Cikini, Jakarta, Senin (8/4/2013).
"Menurut ilmu psikologi dan pendidikan, masalah intra dan interpersonal harus diperhatikan dalam mendidik. Pada kurikulum ini, peran guru untuk mendidik tidak tampak. Guru hanya jadi pawang atau mentor. Akibatnya, anak-anak hasil kurikulum ini menjadi generasi rapuh," imbuh Mardi.
Selain hilangnya peran guru, metode integratif dalam kurikulum ini juga berdampak pada rapuhnya generasi muda nantinya. Dia mencontohkan seorang anak yang mempelajari nilai-nilai kedisiplinan atau toleransi yang dikaitkan dengan matematika. Hal itu, kata Mardi, tentu bukan perkara yang mudah.
"Ilmu matematikanya tidak semua masuk, budi pekertinya juga tidak sepenuhnya masuk. Anak-anak ini kemudian menjadi rapuh. Ini membahayakan bangsa," katanya.
"Pertimbangan terbaik adalah mengubah paradigma guru menjadi seorang teman, rekan dalam belajar. Tanpa perubahan paradigma ini, perubahan kurikulum tidak ada artinya," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.