Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gencar, Desakan Tunda Kurikulum 2013

Kompas.com - 09/04/2013, 12:09 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Desakan untuk menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 terus digencarkan berbagai kalangan masyarakat peduli pendidikan dan organisasi guru. Tak hanya kesiapan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang disoroti, namun lebih mendasar lagi soal konsep Kurikulum 2013 yang dinilai masih bermasalah, yang justru akan merugikan siswa jika impelemntasinya tetap dilaksanakan Juli nanti.

Desakan kepada pemeritah untuk menunda Kurikulum 2013 disampaikan berbagai kalangan seperti Komunitas Katolik dan Protestan Peduli Pendidikan di Indonesia. Desakan juga datang berbagai organisasi guru seperti Ikatan Guru Indonesia, Federasi Serikat Guru Indonesia, Federasi Guru Independen Indonesia, Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Aliansi Revolusi Pendidikan, hingga Koalisi Tolak Kurikulum 2013.

Jeirry Sumampow, Pemerhati Pendidikan, di Jakarta, Selasa (9/4/2013), mengatakan pembuatan Kurikulum 2013 tanpa perencanaan  matang dan studi evaluasi terhadap efektivitas atau kegagalan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

"Pendidikan kita jadi tidak maju karena perubahan Kurikulum 2013 lebih didasari motif kekuasaan daripada proses pencerdasan bangsa," kata Jeirry. Fakta di lapangan menunjukkan para guru tidak siap mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pelatihan yang disiapkan dalam dua bulan bagi guru untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kelas I dan IV SD, kelas VII SMP, dan Kelas X SMA/SMK tidak realistis.

"Para guru hanya akan disiapkan untuk menghafal buku pegangan guru. Padahal, penerapan Kurikulum 2013 perlu mengubah paradigma guru dan kultur mendidik guru. Penerapan yang tergesa-gesa hanya kesia-siaan dan menghaburkan uang rakyat," kata  Romo Benny Susetyo, pemerhati pendidikan.

Benny mengatakan, dalam berbagai sosialisasi pemerintah hanya memaparkan perubahan Kurikulum 2013 secara umum lewat power point saja. Pemerintah tidak berani membuka kepada publik tentang Dokumen Kurikulum 2013, termasuk soal kompetensi isi dan kompetensi dasar.

"Kami melihat materi-materi dalam Kurikulum 2013 mereduksi akal sehat ke dalam ketaatan yang buta. Karena itu, materi-materi dalam Kurikulum 2013 harus direvisi karena bertolak belakang satu sama lain dengan logika akal sehat," kata Benny.

Romo Mardiatmadja, pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, menyayangkan anggapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh bahwa pengkritik Kurikulum 2013 tidak memahami konsep kurikulum. Justru dalam Kurikulum 2013 ini lemah dalam pengaitan secara ilmiah dengan ilmu pendidikan, psikologi perkembangan, hingga filsafat.

Dalam pandangan Mardiatmaja, Kurikulum 2013 ini mengandaikan sekolah sebagai pabrik sehingga pemerintah membuat standar operasi prosedur yang harus ditatai karena pemerintah sudah menyediakan. Guru hanya dianggap sebagai karyawan, sedangkan siswa sebagai obyek.

" Di dalam rencana Kurikulum 2013, semua yang harus dikerjakan guru sudah ditulis dan disipakan pemerintah, guru hanya tinggal menyampaikan di depan kelas. Hal ini karena guru dianggap bodoh, lemah, seakan-akan tidak bisa menyiapkan materi sendiri. Padahal, persiapan mengajar adalah bagian dari mengajar itu sendiri," papar Mardiatmaja.

M Ihsan, Sekretaris Jenderal Ikatan Guru Indonesia mengatakan, para guru hanya akan diperhadapkan dengan kegagalan implementasi kurikulum, seperti pada Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK. Sebab, apapun perubahan kurikulum, guru Indonesia tidak pernah disiapkan dengan baik dan tidak didorong menjadi kreatif.

Di tempat terpisah, berbagai elemen pendidikan yang bergabung dalam Koalisi Tolak Kurikulum 2013 gencar berunjuk rasa di berbagai tempat. Mereka berupaya mencegah tindak korupsi dalam proyek Kurikulum 2013 yang berrnilai Rp 2,49 triliun lebih. Koalisi Tolak Kurikulum 2013 pada Senin kemarin menyampaikan data-data terkait nama pejabat yang berpotensi menyelewengkan anggaran Kurikulum 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com