Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengawas Independen Diperiksa, Peserta Asli Dijemput Paksa

Kompas.com - 21/04/2013, 18:12 WIB
Adi Sucipto

Penulis

TUBAN, KOMPAS.com - Purbandini, pengawas independen ujian nasional Kelompok Belajar Paket C setara SMA di Pondok Pesantren Alya'un Najwa di Desa Mentoro Kecamatan Soko Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dimintai keterangan polisi untuk melengkapi berkas pemeriksaan.Ia dimintai keterangan sebagai saksi untuk mengetahui cara kerja pengawas saat ujian berlangsung sehingga perjokian terjadi.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Tuban, Ajun Komisaris Wahyu Hidayat, Minggu (21/4/2013) menyebutkan, hingga saat ini sudah 24 saksi diperiksa yakni, 20 joki, pengasuh ponpes, pengawas independen dan polisi yang hadir di lokasi ujian. Pihaknya juga akan menjemput paksa 20 peserta asli Ujian Nasional Kelompok Belajar Paket C yang digantikan para joki.

Mereka belum memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa dan dikonfrontasi dengan tersangka Ikhwan Effendi (39). Keterangan para peserta asli dibutuhkan untuk kepentingan penyidikan dan untuk mengetahui adanya kemungkinan tersangka lain atau tidak. Bila ditemukan bukti baru kemungkinan ada tersangka baru. Ada dugaan peserta ikut UN Kejar Paket C sebagai formalitas untuk mendapatkan ijazah sebagai syarat mencalonkan anggota legislatif.

Sejauh ini tersangka Ikhwan effendi didampingi penasihat hukumnya Mohammad Sholeh merasa bertanggungjawab penuh atas perjokian yang terjadi. Para santri dan mantan santri tidak perlu diproses hukum. Kepada penyidik tersangka mengaku meminta biaya per peserta UN Kejar Paket C bervariasi tetapi rata-rata Rp 400.000. "Kami sedang mendalami biaya itu sesuai ketentuan atau merupakan tarif tak resmi," kata Wahyu.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban Sutrisno menilai kasus perjokian itu mencederai komitmen kejujuran UN. Hasil keputusan rapat bersama tim pengawas independen dari Universitas Airlangga Surabaya dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur memutuskan 20 peserta yang menggunakan jasa joki tidak lulus. Mereka tidak dicoret tetapi tidak lulus dan tahun depan bisa mengulang UN lagi.

"Kami menyiapkan Surat Keputusan tidak lulus 20 peserta UN Paket C yang digantikan joki. Jika ditemukan kecurangan pada peserta lain jumlah yang tidak diluluskan bisa bertambah," katanya.

Ketidakhadiran 15 peserta UN di hari terakhir UN juga dikaji. Alasan absen harus bisa dipertanggungjawabkan kalau sakit diberi kesempatan UN susulan. "Bila mereka mengganti atau jadi joki peserta aslinya dinyatakan tidak lulus," ujar Sutrisno.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban, Leksono akan mengevaluasi PKBM di Ponpes Alya'un Najwa dalam menyelenggarakan pendidikan nonformal kesetaraan. "Kami pertimbangkan kelangsungannya," katanya.

Indikasi perjokian terungkap karena wajah peserta dengan wajah di kartu pengenal berbeda. Umur peserta dan joki juga terpaut jauh. Peserta rata-rata di atas 30 tahun, joki rat-rata belasan tahun. Yang paling mencolok, peserta laki-laki digantikan joki perempuan dan sebaliknya.

Pengasuh Ponpes, Ikhwan Effendi mencari joki dengan alasan peserta asli tidak hadir. Ia hanya berniat menolong orang lain dengan memberi hasil terbaik kepada peserta UN yang sudah bersusah payah mau belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di ponpesnya yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan. Ia bukan mencari untung. Para joki dijanjikan imbalan Rp 10.000 per ujian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com