Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kami Belajar di Depan Ular Laut yang Bertelur

Kompas.com - 23/04/2013, 08:15 WIB

KOMPAS.com - Jangankan punya, anak-anak di Torosubang, Bajo, Botang Lomang, Halmahera Selatan, memang belum pernah melihat bola dunia atau globe, alat peraga maneken tubuh atau yang biasa disebut boneka phantom manusia, dan komputer. Namun, mereka memiliki ular laut, penyu, ikan paus dan alam yang menjadi media pembelajaran termewah.

Thontowi Ahmad Suhada bersama anak didiknya belajar materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan langsung menyaksikan ular laut yang tengah bertelur. Anak-anak didiknya belajar banyak hal ketika melihat ekor ular laut yang pipih, melihat dada ular yang mengembang dan mengempis, lalu melihat anak-anak ular yang keluar malu-malu.

Simak satu titik pengalaman seru pengajar muda angkatan VI ini di salah satu dusun di Provinsi Maluku Utara ini bersama anak didiknya. Semua "live" dari ular asli!

"Alam, Media Pembelajaran Termewah"

Sebuah sore yang biasa di Dusun Torosubang, Bajo.

Anak-anak berlarian pulang mengaji, ibu-ibu mencuci pakaian, dan aku duduk di teras rumah sambil menikmati roti goreng bersalut gula aren yang baru saja kubeli, masih hangat. Di bawahku ada ratusan ikan kecil yang sibuk berebut remah roti yang terjatuh. Ya, teras tempat tinggalku tepat di atas laut.

Beberapa saat kemudian, aku melihat anak-anak mulai berkerumun di samping rumah sebelah, lama kelamaan kerumunan itu makin bertambah banyak. Dari jauh kudengar celotehan mereka. “Ular, ular, sedang melahirkan!”

Dengan penasaran aku mendekati kerumunan itu. Dan ternyata benar, ada seekor ular laut terkulai lemas di bawah rumah apung. Berwarna hitam berseling putih, panjangnya mungkin sekitar 1,5 meter, cukup besar untuk ukuran ular laut. Di tumpukan karang sekitar terlihat bayi-bayi ular mungil malu-malu mengintip dari batu karang.

Tak!

Seorang anak melempar kerikil ke ular itu, untungnya si ular tak bergeming. “Hei, jangan diganggu, nanti ularnya marah” seruku spontan. Belum sempat aku memberi nasihat lebih lanjut, seorang anak sudah mencolek-colek badan si ular yang gemuk karena beranak. Astaga, anak-anak ini memang tidak kenal takut.

“Donal bebek, mundur tiga langkah!” “Satu-dua-tiga”, sahut anak-anak sambil melangkah mundur tiga langkah. Segera kuamankan perimeter untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Bletak!

Salah seorang anak kembali melempar si ular dengan kerikil,  si ular tetap tak bergeming. Oh Tuhan... Yah, setidaknya aku jadi tahu si ular masih dalam kondisi kelelahan sehingga “cukup” aman untuk berada di sekitarnya.

“Yak! Sore ini bapak adakan kelas alam”, tiba-tiba aku mendapatkan ide untuk mengendalikan situasi. “Yeeee”, sahut anak-anak. “Tapi sebelumnya kita mundur lagi tiga langkah, Donal bebek mundur tiga langkah!”

“Tau tara (tidak) kalau ular itu berbisa?” tanyaku.

“Tau pak, tong pe pai tua (paman saya) dulu meninggal digigit ular.”

“Nah, itu tau, apalagi bisa ular laut ini sangat berbahaya. Bisanya 30 kali lebih kuat daripada ular kobra."

”Oooo..”, gumam anak-anak dengan muka lucunya, entah mereka benar-benar mengerti atau tidak. Bahkan mungkin mereka tidak tau ular kobra itu seperti apa.

"Tau tara kenapa ular laut ekornya pipih?”

“Buat berenang pak,” jawab anak-anak.

“Ya benar, itu bentuk adaptasi ular untuk hidup di laut.” Aku mulai menggali berbagai hal tentang ular laut. Aku menunjuk dada ular yang terlihat mengembang kempis kelelahan, lalu akan bercerita tentang cara mereka bernafas.

Aku menunjuk anak-anak ular yg malu-malu keluar, dan aku bercerita tentang bagaimana mereka bertelur melahirkan (ovovivipar). Anak-anak bisa melihat langsung bagaimana ular melahirkan, yang umumnya berkembang biak dengan cara bertelur.

Semua live dari ular asli! Sesuatu kemewahan luar biasa yang bahkan belum tentu bisa diperoleh anak-anak yang bersekolah di sekolah paling mahal sekalipun.

Ya, mungkin mereka belum memiliki alat peraga IPA yang biasa dimiliki sekolah-sekolah di kota. Memang mereka belum pernah melihat globe, maneken anatomi tubuh, dan komputer. Namun, mereka memiliki media pembelajaran yang paling baik, paling mewah. Mereka memiliki penyu, paus, beribu-ribu jenis ikan dan karang, hutan berserta isinya, semua di sekitar mereka.

Mereka memiliki alam.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com