Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bidikmisi Telat, Mahasiswa Gali Lubang Tutup Lubang

Kompas.com - 15/05/2013, 10:23 WIB
Rini Kustiasih, Aloysius Budi Kurniawan

Penulis

Butuh pendampingan

Secara terpisah Direktur Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senawi mengatakan, selama dua tahun berturut-turut pencairan anggaran di UGM terlambat. Akibatnya, UGM harus menalangi terlebih dulu biaya pendidikan mahasiswa penerima Bidikmisi.

”Tahun lalu, pencairan anggaran Bidikmisi dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bulan Januari-Maret terlambat dan pada tahun 2013 kejadian sama terulang. Anggaran Bidikmisi bulan JanuariMaret 2013 juga terlambat cair,” ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, dengan alasan prinsip kemanusiaan UGM akhirnya menalangi dana Bidikmisi bagi 3.052 mahasiswa penerima Bidikmisi tahun 2010-2012. ”Kebetulan UGM punya kewenangan mengelola keuangan secara mandiri sehingga kami bisa mencari sumber dana talangan terlebih dulu.

Perlu diketahui juga, persoalan keterlambatan pengucuran anggaran pemerintah tidak hanya pada program Bidikmisi, tetapi juga pada program lain. Beberapa waktu lalu kami mengirimkan tim robot pada kejuaraan robot internasional dengan dana talangan karena pemerintah belum mengucurkan dana,” ujarnya.

Meski demikian, menurut Senawi, persoalan dalam program Bidikmisi bukan hanya sekadar keterlambatan pencairan uang dari pemerintah, melainkan juga soal perlunya pendampingan khusus bagi mahasiswa-mahasiswa penerima Bidikmisi. Di UGM, dari total 3.052 mahasiswa penerima Bidikmisi, sekitar 80 mahasiswa memiliki indeks prestasi di bawah 2 sehingga berpotensi menyelesaikan kuliah dalam waktu lama.

”Jatah program Bidikmisi bagi setiap mahasiswa S-1 hanya 4 tahun. Jika IP mereka kurang dari 2, mereka akan kerepotan menyelesaikan kuliah dalam waktu 4 tahun bahkan bisa terancam drop out,” kata Senawi.

Karena permasalahan ini, tanpa bantuan pemerintah, UGM berinisiatif memberikan pendampingan khusus berupa program penyelamatan mahasiswa Bidikmisi yang terkendala persoalan akademik. Mahasiswa dan dosen muda diterjunkan untuk mendampingi mereka.

Permata Sari Telaumbanua, mahasiswa Fakultas Geografi UGM angkatan 2012 asal Gunung Sitoli, Sumatera Utara, mengungkapkan, uang Bidikmisi yang diterimanya sebagian besar habis untuk biaya praktikum, fotokopi, dan mencetak tugas-tugas kuliah. Sisa dari uang tersebut baru ia gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan makan.

Para mahasiswa penerima Bidikmisi berharap beasiswa mereka tidak telat lagi. Mereka menggantung asa pada konsistensi pemerintah dalam program Bidikmisi. (rek/abk)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com