Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali pada Kekuatan Alam

Kompas.com - 23/05/2013, 12:55 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asupan dan lingkungan yang sehat menjadi perhatian dari wanita yang akan berusia 58 tahun pada tanggal 31 Juli mendatang ini. Bahkan, untuk urusan obat-obatan, Ernawati Sinaga menyarankan penggunaan obat-obatan dari bahan-bahan alami daripada bahan kimia yang berpotensi berakibat fatal pada hati dan ginjal.

Itu pula yang mendorong Wakil Rektor Universitas Nasional (Unas) ini memilih untuk terus mengembangkan penelitian terhadap jahe sebagai tanaman obat. Kesibukannya sebagai dosen dan wakil rektor tidak menyurutkan kepeduliannya pada perkembangan obat-obatan masa kini.

"Kami masih terus meneliti dan dalam perjalanan tersebut, kami menemukan banyak manfaat dari jahe-jahean tersebut," kata Ernawati saat dijumpai di ruang kerja di Kampus UNAS, Senin (20/5/2013).

"Ternyata jahe itu bisa merawat hati agar tidak rusak sehingga bagus menjadi obat karena khasiatnya juga ampuh," imbuh wanita kelahiran Pematang Siantar ini.

Ernawati berharap, metode pengobatan kembali pada bahan-bahan alam yang tidak memiliki banyak efek samping. Menurut Guru Besar Biokimia-Biologi Molekuler, obat seharusnya memberi efek menyembuhkan. Namun, jika memiliki efek yang samping yang kurang baik pada tubuh, maka penggunaannya harus dipertimbangkan lagi.

Kehidupan Jakarta

Kesehariannya di Jakarta membuat Ernawati sering mengamat-amati pola perilaku masyarakat ibukota terkait dengan kesehatannya. Menurutnya, orang akhirnya memilih minum obat karena kesehatannya yang lemah. Tak bisa dipungkiri, ini dipengaruhi pula oleh buruknya kondisi kesehatan lingkungan Jakarta.

Wanita yang juga aktif berbicara dalam seminar maupun konferensi terkait tanaman obat-obatan ini juga menaruh perhatian pada kurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta. Dia mengatakan, orang akan jauh lebih sehat apabila kondisi lingkungannya sehat dan cukup ruang terbuka hijaunya.

"Obat alami memang penting. Tapi saya rasa sehat lebih baik tapi hidup di Jakarta agak susah ya, macet, polusi dan stress," ungkapnya.

Tak hanya ruang terbuka hijau, kemacetan di Jakarta dinilainya menjadi penyumbang besar menurunnya kualitas kesehatan warganya. Rumahnya di kawasan perbatasan Cilandak dan Beji Depok sebenarnya tak terlalu jauh dari lokasi Unas di kawasan Pejaten, Pasar Minggu. Namun, perjalanan dari rumah ke kantornya kini tak mudah lagi.

"Bayangkan saja beberapa tahun lalu dari rumah saya itu hanya sekitar 15 menit sampai UNAS. Sekarang butuh dua jam. Gimana nggak pusing itu," ujar wanita yang masih aktif mengajar di Fakultas Biologi UNAS.

"Nah kalau sudah seperti ini, lalu sakit dan obatnya juga nggak ramah dengan tubuh kan efeknya juga tidak baik," tandasnya kemudian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com