Jakarta, Kompas
Namun, pedoman peminatan siswa kelas X SMA itu belum jelas. Dokumen kurikulum resmi belum diedarkan di kalangan kepala sekolah dan guru.
Itu mengemuka pada workshop ”Implementasi Peminatan Kurikulum 2013” di Jakarta, Selasa (4/6). Acara dihadiri ratusan guru bimbingan dan konseling (BK) SMA/SMK/MA negeri dan swasta se-DKI Jakarta dan diadakan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling DKI Jakarta, Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dan Universitas Trilogi.
”Dalam penerapan Kurikulum 2013, guru BK dituntut lebih produktif dan kompeten. Guru BK perlu membantu siswa memilih peminatan yang tepat sesuai potensi dan bakatnya serta pembentukan karakter siswa,” kata Naniek K Darmawan, Ketua Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling DKI Jakarta.
M Farozin, pengajar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan, peran guru BK untuk peminatan diperlukan sejak SMP. Mereka bisa merekomendasi peminatan siswa yang tepat di SMA/SMK.
Saat ini, kata Farozin, pedoman peminatan belum tuntas. Belum diputuskan kapan peminatan dilakukan: bersamaan pendaftaran peserta didik baru atau setelah diterima tetapi sebelum pembelajaran dimulai. Demikian juga soal siswa pindah peminatan, belum ditetapkan kapan.
Sementara itu, Budiyanto, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Bidang SMP/SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta, mengatakan, DKI Jakarta siap melaksanakan Kurikulum 2013. Kuota untuk DKI Jakarta, pada jenjang SMA ditetapkan 90 sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013, yakni untuk sekolah berstatus eks RSBI, sekolah standar nasional atau akreditasi A. Adapun yang SMP sebanyak 31 sekolah.
Nantinya, peran guru BK besar. Persetujuan untuk peminatan tak hanya dari pilihan siswa, tetapi juga mempertimbangkan nilai UN, prestasi non-akademis, dan perhatian orangtua.
Pekan lalu, dari seminar internasional tentang konseling di Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan, sekitar 1.000 guru BK di Indonesia saat ini tak kompeten. Program BK tak optimal mencegah kenakalan siswa.
Menurut Ketua Pengurus Daerah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Jateng Tri Leksono, tak jarang guru BK justru menimbulkan masalah baru.