KOMPAS.com — Kondisi masyarakat terus bergerak maju, teknologi semakin berkembang, dan pastinya kehidupan pun turut mengimbangi kemajuan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi, secara otomatis, ikut mengubah gaya hidup.
Anak muda sebagai bagian dari masyarakat sudah tentu tak luput berkontribusi di dalam perubahan-perubahan tadi. Kelompok anak muda saling berhubungan, mereka bersosialisasi, baik dengan lingkungan maupun bersama komunitasnya. Mereka juga bergerak dengan mobilitas tinggi.
Anak muda, dengan gaya hidupnya, menggerakkan pasar gaya hidup dengan sangat hebat. Dari cara mereka berpakaian, makanan dan minuman yang mereka santap, aktivitasnya sangat beragam, teknologi yang digunakan, dan tentunya cara mereka berkomunikasi, semuanya sangat hebat. Di sisi lainnya, anak muda dengan perubahan luar biasa ini adalah sebagian kelompok yang juga tengah menikmati pendidikan, yakni para mahasiswa di perguruan tinggi.
Eden Dahlstrom, seorang analis peneliti senior dari Educase Center for Applied Research (2012), mengatakan, "Teknologi telah menjadi bagian penting dari lingkungan belajar siswa".
(1) Siswa mengharapkan perpaduan yang harmonis dalam pembelajaran antara pertemuan tatap muka dan pertemuan secara online. Siswa berharap pengajar dapat lebih melibatkan mereka dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia yang efektif.
(2) Kepemilikan piranti digital, terutama peranti bergerak seperti smartphone dan tablet, mencerminkan tingkat keakraban tinggi dari siswa dengan teknologi terbaru. Kepemilikan atas peranti tersebut tidak lagi menjadi hal yang luar biasa karena telah menjadi kelengkapan umum yang mereka bawa dalam kesehariannya.
(3) Siswa percaya bahwa teknologi memberikan mereka manfaat dalam prestasi akademik. Siswa percaya, dengan memanfaatkan teknologi semisal smartphone dan juga tablet, mereka percaya hal itu akan memudahkan jalan dalam menambah pengetahuan, mempermudah mendapatkan solusi, dan akhirnya memberikan pengaruh positif bagi nilai-nilai akademik mereka.
Mengubah perilaku
Menyiapkan kampus yang mendukung teknologi informasi bukanlah sekadar memberikan akses internet lewat fasilitas Wifi, bukan sekadar memberikan label perpustakaan digital karena telah menyediakan fasilitas Wifi di perpustakaan yang dimiliki. Lebih dari itu, kampus harus mampu memadukan konteks pembelajaran yang berjalan secara cermat antara kuliah dan kehidupan sehari-hari, hingga pada saat mahasiswa berada di luar kampus pun nuansa akademik itu tetap dapat diperoleh oleh para mahasiswa.
Tentu, sangatlah menarik apabila gaya hidup yang sedang dijalankan oleh mahasiswa dapat menyatu dengan aktivitas perkuliahan, mendukung cita-cita mereka untuk lulus dari perguruan tinggi dengan kualitas yang optimal. Perguruan tinggi dengan kampusnya harus mampu merespons hal itu. Bila tidak, maka kampus akan menjadi tempat yang ditinggalkan, menjadi tempat terpisah dengan keseharian mahasiswa.
Tanpa melupakan peran mendasar sebagai tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan, perguruan tinggi perlu menyiapkan mahasiswanya untuk sesuatu yang lebih jauh, bukan sekadar untuk kebutuhan hari ini saja, melainkan juga mengubah perilaku hingga pola pikir.
Maka dari itu, perubahan gaya hidup, termasuk di dalamnya perubahan dalam cara mempelajari segala sesuatu, memang memaksa kampus untuk melakukan reposisi diri agar sanggup menjadi tempat yang mengakomodasi mahasiswa dalam mengekspresikan dirinya, menikmati gaya hidupnya, sekaligus di dalamnya melakukan kegiatan pembelajaran.
“Bergabunglah dengan komunitas kelas dunia: www.binus.ac.id”