Belajar di Banyak Tempat, Tanpa Jurang Pemisah....

Kompas.com - 11/07/2013, 11:33 WIB
Latief

Penulis

Oleh Prof Harjanto Prabowo/Rektor Binus University

KOMPAS.com - Siapapun berharap bisa menimba ilmu di lingkungan kampus yang luas, lengkap dengan taman-taman hijau, pohon-pohon rimbun, serta ruang publik terbuka begitu nyaman untuk saling berinteraksi. Namun, kondisi yang ada tidak memungkinkan harapan ideal tersebut terwujud dengan mudah.

Lahan yang semakin sempit, ditunjang faktor kebutuhan atas aktivitas di pusat kota, kemacetan, serta mobilitas tinggi menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan kampus-kampus masa depan. Bagi perguruan tinggi yang memiliki kampus di pusat kota, reposisi adalah pilihan yang tak dapat dihindarkan. Sempitnya lahan justru menjadi tantangan untuk menyajikan pola pembelajaran mendukung keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Seperti dikatakan oleh Eden Dahlstrom (2012), bahwa teknologi telah menjadi bagian penting dari lingkungan belajar siswa, maka kampus harus sanggup memanfaatkan teknologi secara tepat dan cermat guna menjawab tantangan yang ada. Di dalam proses belajar, teknologi harus menjadi bagian yang menyatu dengan gaya hidup mahasiswa.

Pilihan pemanfaatan teknologi yang mendukung pembelajaran di banyak tempat juga menjadi satu tuntutan. Bagaimana menciptakan “ruang kelas” yang tidak terkungkung oleh sekat-sekat kelas saja.

Aspek kunci harus diingat dalam pengembangan ini diungkapkan dengan baik oleh Chad Udell yang menulis buku Learning Everywhere: How Mobile Content Strategies are Transforming Training. Poin-poin tersebut meliputi:

(1) Aksebilitas atau kemudahan untuk mengakses data di mana pun kita berada. Tak terbatas pada teks dan gambar semata, namun akan terus berkembang ke media bergerak, interaktif hingga nanti berupa augmented reality.

(2) Konektivitas atau kemudahan untuk terhubung dengan pusat-pusat informasi yang setiap saat dapat dibutuhkan.

(3) Sensitivitas Konteks atau kemampuan untuk dapat memahami keberadaan pengguna. Jadi, pada saat pengguna mengakses informasi, secara bersamaan terdapat kemampuan untuk memahami mengapa pengguna tersebut membutuhkan informasi terkait.

(4). Individualitas atau kemampuan untuk menghasilkan informasi yang sifatnya personal bagi pengguna.

Bila keempat poin tersebut dapat dipenuhi, maka pembelajaran dapat berlangsung secara efektif tanpa harus terikat di ruang kelas. Jadi, bisa dibayangkan, seorang mahasiswa dapat mengakses kebutuhan pembelajarannya tanpa terikat oleh ruang dan waktu. Mahasiswa datang ke kampus bukan lagi karena harus kuliah masuk kelas, namun lebih dari itu, mahasiswa datang ke kampus karena bagian dari gaya hidupnya.

Ya, mereka datang untuk bertemu dengan rekan-rekannya karena kebutuhan untuk berkolaborasi secara temu muka untuk menciptakan, mengkreasikan sesuatu, setelah sebelumnya mereka melewati diskusi demi diskusi secara online. Lalu, pada saat diskusi tatap muka, mereka dapat dengan mudah mengayakan kualitas diskusinya lewat informasi yang didapat secara real-time karena kampus menyediakan fasilitas untk memudahkan hal tersebut, terkustomisasi sesuai karakter dan kebutuhan si mahasiswa.

Lebih dari itu, lepas dari teknologi pendukung sebagai prasyarat, perguruan tinggi juga harus mampu menyiapkan sebuah sistem pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran di banyak tempat itu sendiri. Itu mutlak harus terjadi hingga akhirnya antara kampus, masyarakat, dan industri tak lagi dibatasi jurang pemisah yang menganga lebar.

Dengan demikian, dosen dapat mengajak mahasiswanya turun langsung ke masyarakat, menangkap permasalahan yang ada. Lalu, dengan bantuan fasilitas teknologi yang dimiliki kampus, perkuliahan dapat berlangsung layaknya di ruang kelas konvensional, namun kini hadir dengan lebih langsung dan nyata.

Kiranya, dengan itu semua, perguruan tinggi dapat belajar bersama dengan masyarakat. Bila permasalahan kemiskinan yang diangkat, maka data-data yang didapatkan adalah permasalahan yang nyata. Begitu pun dengan industri, perkuliahan termungkinkan berlangsung di area industri itu sendiri. Karena, bagaimana kampus dapat membahas kreativitas, bila di industri jauh lebih kreatif dibanding dunia kampus?

"Bergabunglah dengan komunitas kelas dunia: www.binus.ac.id"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau