Khusus untuk acara kali ini, Jakarta terpilih sebagai subyek studi kasus. Salah satu masalah utama harus dihadapi oleh Jakarta adalah menyangkut penanggulangan dan pengaturan sampah. Nantinya, ide-ide yang dikumpulkan dari diskusi tersebut akan diajukan ke Pemprov DKI Jakarta.
Para siswa SMA dari keenam negara tersebut saling berbaur membentuk sepuluh kelompok (Kelompok A hingga Kelompok J). Kelompok B keluar sebagai pemenang Aeon Asia Eco-Leader tahun ini, sementara Kelompok G menduduki posisi kedua, dan Kelompok I menduduki posisi ketiga. Dalam konferensi mendatang, pemenang utama berhak menghadiri kembali acara yang akan diadakan di antara tiga negara yaitu, China, Malaysia, atau Thailand.
"Ini adalah pola pikir adik-adik. Dalam hal ini, kita memang harus mendukung mereka. Seperti yang terakhir disampaikan, masa depan kita ini ada di tangan mereka," kata Sekretaris Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Joni Tagor.
Joni menekankan, di masa yang akan datang, mau tidak mau, masyarakat Jakarta harus turut serta mengelola sampah sebelum terjadi kerusakan alam lebih parah.
Adapun berdasarkan diskusi para siswa tersebut, ada beberapa hal harus diperhatikan dalam hal pengelolaan sampah. Pertama, kepedulian dan pendidikan seputar manajemen sampah sejak dini. Kedua, pengiklanan gerakan pengelolaan sampah. Ketiga, menciptakan cara-cara praktis rendah biaya agar mampu menjangkau masyarakat miskin. Keempat, merangkul pemerintah.
Ditemui seusai acara, perwakilan Kelompok B yang keluar sebagai pemenang AEON Eco-Leader, Khansaa' Ziz Fathima dari SMA Al-Azhar mengungkapkan keterkejutannya didapuk sebagai pemenang. Namun, Khansaa juga cukup yakin solusi yang ditawarkan kelompoknya memang tepat.
"Kemarin kami melakukan penelitian selama tiga hari. Ada materi dari Dinas Kebersihan, perwakilan Menteri Lingkungan, dan kunjungan ke Bantar Gebang," tutur Khansaa.
"Yang paling penting dipahami adalah kesadaran dari diri tentang apa itu sampah. Sampah itu bisa berguna, tapi bisa membahayakan. Kita cari cara agar sampah itu bisa dipergunakan," tambahnya.
Khansaa juga menekankan pentingnya membangun kesadaran publik, menarik perhatian pemerintah, serta tindakan taktis mengelola sampah. Pasalnya, sekitar 5.500 ton sampah masuk Bantar Gebang setiap harinya. Tanpa ada penanganan yang tepat, akan sulit mengelola sampah dan meminimalkan dampak lingkungannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.