Diduga Mencontek, Kompetensi Pembuat Soal Ujian Nasional Diragukan

Kompas.com - 07/05/2014, 12:02 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta, Elin Driana, mengatakan bahwa soal Ujian Nasional SMP yang diadaptasi dari Programme for International Student Assessment (PISA) itu dibuat untuk menguji penalaran siswa. Sebaliknya, siswa Indonesia tidak terbiasa mengerjakan bentuk soal seperti itu.

"Naskah soal PISA ini kan penalaran. Siswa kita sudah terbiasa belum dengan soal cerita?" kata Elin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/5/2014).

Cara belajar siswa di Indonesia terbiasa melihat pola dan soal yang serupa. Di sisi lain, naskah soal PISA dibuat untuk memetakan pengetahuan siswa terhadap materi yang didapatkan siswa selama sekolah.

"Jadi, waktu mendapat soal cerita, mereka kaget," kata Koordinator Education Forum itu.

Selama ini, lanjut Elin, pelajar Indonesia lebih banyak mengerjakan latihan hingga mahir pada soal-soal yang mirip. Namun, mereka tidak berlatih dalam bentuk soal cerita. Apalagi di tingkat daerah, siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar penalaran. Padahal, tingkat kesulitan soal UN setara se-Indonesia. Terkait hal itu, Elin menyoroti kemampuan tim penyelenggara UN, khususnya tim pembuat soal.

"Saya jadi bertanya-tanya kredibilitas pembuat soal. Kenapa sampai harus mengambil soal dari PISA," ujarnya.

Elin berharap pemerintah terbuka dalam menyampaikan proses pengujian soal UN tersebut. Menurut dia, tim pembuat naskah UN harus mampu memetakan pengerjaan soal dan ada ukuran yang jelas. Proses pembuatan soal juga harus menempuh langkah yang panjang, mulai dari proses pengujian, analisis, pengumpulan di bank soal, pemilihan secara statistik, dan lain-lain.

"Saya meragukan proses pengujian tersebut karena selama ini dilakukan tertutup," tutur Elin.

Sebelumnya diberitakan Kompas.com, soal UN SMP yang diujikan serentak di seluruh Indonesia mulai Selasa (6/5/2014) kemarin ditemukan memiliki kesamaan dengan soal buatan PISA. Bahkan, pada soal tersebut juga terdapat gambar, yang pada sumber aslinya dilarang untuk diambil terkait hak cipta terhadap merek Skysails.

Direktur Riset dan Pengembangan Program Ikatan Guru Indonesia (IGI), Dhitta Puti Sarasvati, mengatakan, penggunaan soal UN tingkat SMP yang persis sama dengan soal buatan PISA itu bisa dinyatakan sebagai bentuk plagiarisme. PISA berhak menuntut Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan.

"Itu harusnya tidak boleh, apalagi ada copyright-nya. Itu 100 persen plagiat," kata Dhitta.

Baca juga: Jiplak Soal UN Matematika, Kemendikbud Bisa Dituntut!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau