MALANG, KOMPAS.com — Sebanyak 19 penyandang disabilitas dinyatakan lolos dan diterima sebagai mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, setelah menjalani serangkaian tes seleksi khusus penyandang disabilitas (SKPD) selama tiga hari, 17-19 Juli 2014.
"Sebanyak 19 disabilitas yang lolos itu, 12 peserta untuk jenjang D-3 dan tujuh orang lainnya untuk jenjang S-1. Mereka dinyatakan memenuhi standar nilai yang ditetapkan panitia seleksi UB," ujar Sekretaris Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya Malang, Slamet Tohari, Jumat (25/7/2014) di Malang.
Standar penilaian yang ditetapkan tersebut adalah nilai total dari seluruh materi ujian yang yang diujikan, yakni ujian tulis, ujian praktik belajar (simulasi kuliah) di dalam kelas, dan wawancara. Seleksi ini berdasarkan hasil akumulasi nilai secara keseluruhan (total).
Para peserta yang lolos seleksi mengambil berbagai jurusan, termasuk Farmasi, Psikologi, Agroteknologi, dan Teknik Informatika. Untuk jenjang vokasi atau D-3, para peserta yang lolos seleksi kebanyakan mengambil jurusan Sosial Hukum, yakni Usaha Perjalanan Wisata dan Kesekretariatan.
Slamet mengatakan, hak dan kewajiban para mahasiswa disabilitas juga sama dengan mahasiswa yang kuliah di UB. Mereka juga berkesempatan mendapatkan beasiswa, termasuk menjadi mahasiswa bidikmisi.
"Tahun ini ada empat peserta yang dalam proses pengajuan mendapatkan beasiswa bidikmisi sehingga di UB tidak ada diskriminasi ataupun pengecualian karena hak-hak mahasiswa disabilitas ini juga sama dengan mahasiswa reguler lainnya," ujarnya.
Dua tahun sebelumnya (2012 dan 2013), jumlah mahasiswa disabilitas yang diterima di UB adalah 20 orang. Selama mengikuti tes hingga awal perkuliahan, mereka didampingi oleh relawan yang difasilitasi UB.
Untuk memberikan kesempatan bagi para disabilitas tersebut menikmati bangku kuliah, UB membangun sejumlah fasilitas khusus yang bisa mempermudah mereka, seperti jalan khusus bagi pengguna kursi roda dan menambah lift di sejumlah gedung.
"Kami upayakan agar perkuliahan yang diikuti mahasiswa disabilitas dilaksanakan di lantai dasar supaya mereka lebih mudah menjangkau kelas. Akan tetapi, kalau memang terpaksa di lantai atas, tidak masalah karena sudah ada fasilitasnya," kata Slamet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.